"Kenapa kamu tidak memberikan kabar padaku?!" Chan masih mengatur napasnya saat masuk ke dalam mobil yang Hongjoong kemudikan melintasi jalanan Seoul yang sudah memasuki tengah malam. "Joong, I'm asking you."
Hongjoong tidak langsung menjawab dan justru sebelah tangannya mengganti gigi mobil karena kecepatan mobilnya yang membutuhkannya. Chan akan bertanya lagi, tetapi kemudian mendengar, "Bagaimana kabarmu, Chan?"
Chan berharap dia bisa marah kepada Hongjoong, itu akan lebih mudah baginya. Bukan mengacak rambutnya karena frustrasi Hongjoong bisa mengacak perasaannya semudah ini hanya dengan kehadiran yang mendadak dan membuatnya tidak bisa mengontrol senyuman yang hadir di wajahnya.
"Kamu ... cuti?" Chan tidak yakin harus memulai dugaan akan kehadiran Hongjoong di sisinya yang tengah menyetir.
Di satu sisi, Chan berharap kalau Hongjoong memang berada di Seoul karena cuti.
Karena dirinya.
Namun, di sisi lain, Chan merasa kalau Hongjoong itu sama sepertinya yang jika fokus pada pekerjaan, tidak akan peduli dengan hal lainnya. Chan tidak ingin berharap bahwa kehadiran Hongjoong karena....
"Iya," Hongjoong membelokkan mobil dan mereka sekarang memasukin area sungai Han, "aku cuti karena ada hal yang mengangguku di antara kita."
"Maksudmu?"
"Mungkin aku bisa dibilang cemburu?" Perkataan Hongjoong itu sejujurnya tidak diduga oleh Chan untuk didengarnya.
Chan tidak tahu harus merasakan apa pada saat ini. Di satu sisi, Chan berbohong kalau tidak merasa senang kalau Hongjoong bisa merasa cemburu kepadanya karena selama mereka berhubungan, lelaki itu benar-benar tenang. Begitu tenang sehingga seringkali membuat Chan berpikir mungkin sebenarnya Hongjoong tidak mencintainya dan menerimanya hanya karena merasa kasihan. Namun, di sisi lainnya, Chan sejujurnya tidak tahu alasan Hongjoong harus merasa cemburu kepadanya.
Rasanya dia tidak melakukan hal apa....
Oh, mungkin maksudnya Minho?
"Hongjoong." Chan memanggil Hongjoong yang dijawab dengan gumaman, tanda bahwa didengarkan. "Kamu cemburu dengan Minho?"
"Ya, dia." Hongjoong menghentikan laju mobil dengan perlahan dan memarkirkan di tempat yang diperbolehkan. Setelah terparkir sempurna, Hongjoong melepaskan sabuk pengamannya dan menatap Chan. "Aku tidak suka dengannya dan membuatku yang biasanya tidak ingat punya jatah cuti, dua minggu belakangan memaksa HRD memberitahuku seberapa banyak hariku bisa cuti."
"Joong, kami cuma teman kerja dan...."
Perkataan Chan tidak selesai karena Hongjoong memotongnya. "Apakah perasaanku tidak valid, Christopher Bang?"
Chan tidak segera memberikan jawaban dan membiarkan Hongjoong yang menatapnya dengan kesal sembari bersedekap. Rasanya Bangchan tidak bisa percaya bahwa Hongjoong bisa bersikap seperti sekarang di depannya, karena itu bukanlah seperti yang diingatnya selama ini.
"Joong." Chan akhirnya mencoba memecahkan keheningan di antara keduanya. "Do you love me that much?"
"You..." Hongjoong mendelik dan tidak lama kemudian, Chan mengaduh karena dipukul olehnya. Meski Hongjoong tubuhnya lebih kecil dari Chan, tetapi kalau soal memukul tenaganya tidak pernah main-main. "Can you ask stupider questions?"
Chan memang meringis karena Hongjoong melanjutkan pukulannya, tetapi bodohnya malah membuatnya tertawa. Saat akhirnya tangan Hongjoong bisa Chan tangkap dan tatapan keduanya bertemu, dia tersenyum. Membuat Hongjoong akhirnya hanya bisa menghela napas dan memasang eskpresi yang biasanya diperlihatkannya kalau mendengar hal yang dianggapnya tidak perlu ditanyakan karena terlalu bodoh.
"I'm sorry, Joong." Chan tersenyum dan Hongjoong menatapnya dengan ekspresi sinisnya, "Aku pikir kamu sudah tidak menginginkanku."
"Kalau memang itu benar, aku tidak akan memutuskan untuk jadi engineer, bodoh!" Hongjoong menarik tangannya dari Chan dan mematikan mesin mobilnya. Membuka pintu, lalu melihat Chan, "Turun. Katamu kalau kita ketemu mau makan ramen di pinggir Sungai Han."
"You remember it?"
"I remember fcking everything, Christ." Hongjoong keluar dari mobil dan kemudian menutup pintu mobilnya dengan kasar sehingga suaranya terdengar nyaring.
Membuat Chan hanya bisa menghela napas sembari menggelengkan kepalanya, kemudian menyusul Hongjoong keluar dari mobil. Tentu tidak membanting pintu mobil seperti Hongjoong karena tidak melihat urgensinya. Saat Chan akhirnya berada di samping Hongjoong—yang sebenarnya agak mengherankan lelaki itu mau menunggunya karena biasanya kalau sedang kesal, dia biasa ditinggalkan—dan akhirnya tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Tumben kamu menungguku, Joong."
"Kamu yang tahu jalannya."
Sebenarnya Chan tahu itu hanyalah alasan, tetapi Chan memutuskan untuk melangkah terlebih dahulu. Namun, akhirnya memutuskan berhenti sampai Hongjoong menyusulnya. Hanya saja, sepertinya Hongjoong masih kesal dengan Chan sehingga tidak mau berada di sampingnya dan membuatnya akhirnya menarik sebelah tangan Hongjoong untuk digandengnya. Memasukkan tatangan mereka yang bertaut ke saku hoodie abu-abunya yang dipakai dan pura-pura tidak tahu reaksi wajah Hongjoong yang sempat terlihat panik, lalu sekarang berusaha terlihat biasa.
Meski warna wajah Hongjoong tidak akan pernah bisa berbohong kepada Chan. Meski cahaya yang minim di sepanjang jalan mereka lalui, Chan bisa melihat wajah Hongjoong yang memerah yang membuatnya tersenyum lebar.
"Berhenti tersenyum, bodoh." Perkataan Hongjoong justru membuat Chan tidak bisa menahan tawanya. "Jangan tertawa atau aku tendang kamu!"
"Teryata masih tsundere," ejek Chan yang kemudian menahan tangan Hongjoong yang hendak melepaskan diri darinya, "pakai sebelah tanganmu kalau mau memukulku. Sebelahnya masih aku mau pegang."
Meski Chan sudah memberikan izin untuk dipukul—yang kemungkinan akan membuatnya merasa pegal di pagi hari nanti—nyatanya Hongjoong tidak melakukannya. Justru dia mendengarkan gumaman Hongjoong yang diperuntukkan kepadanya dan membuat Chan tertawa.
"Well, love make us look stupid, right?"