Pembicaraan Tengah Malam Mereka

Wednesday, June 16, 2021

No comments

 
"Kenapa kamu tidak memberikan kabar padaku?!" Chan masih mengatur napasnya saat masuk ke dalam mobil yang Hongjoong kemudikan melintasi jalanan Seoul yang sudah memasuki tengah malam. "Joong, I'm asking you."
 
Hongjoong tidak langsung menjawab dan justru sebelah tangannya mengganti gigi mobil karena kecepatan mobilnya yang membutuhkannya. Chan akan bertanya lagi, tetapi kemudian mendengar, "Bagaimana kabarmu, Chan?"
 
Chan berharap dia bisa marah kepada Hongjoong, itu akan lebih mudah baginya. Bukan mengacak rambutnya karena frustrasi Hongjoong bisa mengacak perasaannya semudah ini hanya dengan kehadiran yang mendadak dan membuatnya tidak bisa mengontrol senyuman yang hadir di wajahnya.
 
"Kamu ... cuti?" Chan tidak yakin harus memulai dugaan akan kehadiran Hongjoong di sisinya yang tengah menyetir.
 
Di satu sisi, Chan berharap kalau Hongjoong memang berada di Seoul karena cuti. 
 
Karena dirinya.
 
Namun, di sisi lain, Chan merasa kalau Hongjoong itu sama sepertinya yang jika fokus pada pekerjaan, tidak akan peduli dengan hal lainnya. Chan tidak ingin berharap bahwa kehadiran Hongjoong karena....
 
"Iya," Hongjoong membelokkan mobil dan mereka sekarang memasukin area sungai Han, "aku cuti karena ada hal yang mengangguku di antara kita."
 
"Maksudmu?"
 
"Mungkin aku bisa dibilang cemburu?" Perkataan Hongjoong itu sejujurnya tidak diduga oleh Chan untuk didengarnya.
 
Chan tidak tahu harus merasakan apa pada saat ini. Di satu sisi, Chan berbohong kalau tidak merasa senang kalau Hongjoong bisa merasa cemburu kepadanya karena selama mereka berhubungan, lelaki itu benar-benar tenang. Begitu tenang sehingga seringkali membuat Chan berpikir mungkin sebenarnya Hongjoong tidak mencintainya dan menerimanya hanya karena merasa kasihan. Namun, di sisi lainnya, Chan sejujurnya tidak tahu alasan Hongjoong harus merasa cemburu kepadanya.
 
Rasanya dia tidak melakukan hal apa....
 
Oh, mungkin maksudnya Minho?
 
"Hongjoong." Chan memanggil Hongjoong yang dijawab dengan gumaman, tanda bahwa didengarkan. "Kamu cemburu dengan Minho?"
 
"Ya, dia." Hongjoong menghentikan laju mobil dengan perlahan dan memarkirkan di tempat yang diperbolehkan. Setelah terparkir sempurna, Hongjoong melepaskan sabuk pengamannya dan menatap Chan. "Aku tidak suka dengannya dan membuatku yang biasanya tidak ingat punya jatah cuti, dua minggu belakangan memaksa HRD memberitahuku seberapa banyak hariku bisa cuti."
 
"Joong, kami cuma teman kerja dan...."
 
Perkataan Chan tidak selesai karena Hongjoong memotongnya. "Apakah perasaanku tidak valid, Christopher Bang?"
 
Chan tidak segera memberikan jawaban dan membiarkan Hongjoong yang menatapnya dengan kesal sembari bersedekap. Rasanya Bangchan tidak bisa percaya bahwa Hongjoong bisa bersikap seperti sekarang di depannya, karena itu bukanlah seperti yang diingatnya selama ini.
 
"Joong." Chan akhirnya mencoba memecahkan keheningan di antara keduanya. "Do you love me that much?"
 
"You..." Hongjoong mendelik dan tidak lama kemudian, Chan mengaduh karena dipukul olehnya. Meski Hongjoong tubuhnya lebih kecil dari Chan, tetapi kalau soal memukul tenaganya tidak pernah main-main. "Can you ask stupider questions?"
 
Chan memang meringis karena Hongjoong melanjutkan pukulannya, tetapi bodohnya malah membuatnya tertawa. Saat akhirnya tangan Hongjoong bisa Chan tangkap dan tatapan keduanya bertemu, dia tersenyum. Membuat Hongjoong akhirnya hanya bisa menghela napas dan memasang eskpresi yang biasanya diperlihatkannya kalau mendengar hal yang dianggapnya tidak perlu ditanyakan karena terlalu bodoh.
 
"I'm sorry, Joong." Chan tersenyum dan Hongjoong menatapnya dengan ekspresi sinisnya, "Aku pikir kamu sudah tidak menginginkanku."
 
"Kalau memang itu benar, aku tidak akan memutuskan untuk jadi engineer, bodoh!" Hongjoong menarik tangannya dari Chan dan mematikan mesin mobilnya. Membuka pintu, lalu melihat Chan, "Turun. Katamu kalau kita ketemu mau makan ramen di pinggir Sungai Han."
 
"You remember it?"
 
"I remember fcking everything, Christ." Hongjoong keluar dari mobil dan kemudian menutup pintu mobilnya dengan kasar sehingga suaranya terdengar nyaring.
 
Membuat Chan hanya bisa menghela napas sembari menggelengkan kepalanya, kemudian menyusul Hongjoong keluar dari mobil. Tentu tidak membanting pintu mobil seperti Hongjoong karena tidak melihat urgensinya. Saat Chan akhirnya berada di samping Hongjoong—yang sebenarnya agak mengherankan lelaki itu mau menunggunya karena biasanya kalau sedang kesal, dia biasa ditinggalkan—dan akhirnya tidak bisa menahan rasa penasarannya.
 
"Tumben kamu menungguku, Joong."
 
"Kamu yang tahu jalannya."
 
Sebenarnya Chan tahu itu hanyalah alasan, tetapi Chan memutuskan untuk melangkah terlebih dahulu. Namun, akhirnya memutuskan berhenti sampai Hongjoong menyusulnya. Hanya saja, sepertinya Hongjoong masih kesal dengan Chan sehingga tidak mau berada di sampingnya dan membuatnya akhirnya menarik sebelah tangan Hongjoong untuk digandengnya. Memasukkan tatangan mereka yang bertaut ke saku hoodie abu-abunya yang dipakai dan pura-pura tidak tahu reaksi wajah Hongjoong yang sempat terlihat panik, lalu sekarang berusaha terlihat biasa.
 
Meski warna wajah Hongjoong tidak akan pernah bisa berbohong kepada Chan. Meski cahaya yang minim di sepanjang jalan mereka lalui, Chan bisa melihat wajah Hongjoong yang memerah yang membuatnya tersenyum lebar.
 
"Berhenti tersenyum, bodoh." Perkataan Hongjoong justru membuat Chan tidak bisa menahan tawanya. "Jangan tertawa atau aku tendang kamu!"
 
"Teryata masih tsundere," ejek Chan yang kemudian menahan tangan Hongjoong yang hendak melepaskan diri darinya, "pakai sebelah tanganmu kalau mau memukulku. Sebelahnya masih aku mau pegang."
 
Meski Chan sudah memberikan izin untuk dipukul—yang kemungkinan akan membuatnya merasa pegal di pagi hari nanti—nyatanya Hongjoong tidak melakukannya. Justru dia mendengarkan gumaman Hongjoong yang diperuntukkan kepadanya dan membuat Chan tertawa.
 
"Well, love make us look stupid, right?"
 
 
Read More

Hampir Melakukan Hal yang Akan Disesali

Tuesday, June 1, 2021

No comments

Sebenarnya Chan agak heran karena grup Kakao yang hampir tidak pernah diam, hari ini begitu sepi. Bahkan Felix yang biasanya akan memberikan kabar kepada semua orang kalau dia tengah memanggang kue—meski Chan tidak tahu hari ini jadwalnya atau tidak—dan pasti membuat semua orang muncul untuk merespon.

Tadinya Chan ingin mampir ke dorm yang lain untuk mengecek keadaan yang lain. Hanya merasa khawatir kalau ketenangan yang didapatkannya sekarang bukanlah jenis ketenangan yang baik, tetapi pada akhirnya Chan berjalan menuju dorm yang merupakan tempatnya tinggal bersama anggota yang lain.

Mereka baru-baru ini pindah dan setiap orang memiliki kamar masing-masing untuk memiliki sedikit wilayah privasi. Hal yang tentu diperlukan untuk mereka yang kehidupannya hampir tidak memiliki privasi lantaran semua orang tertarik untuk mengetahui tentang mereka melebihi hal yang telah diberikan. Meski mencoba berpikir sepositif apa pun bahwa orang-orang yang penasaran dengan kehidupan mereka sampai melewati batas privasi itu karena cinta, tetap saja itu rasanya salah.

Tidak ada yang pernah bilang kepadanya kalau menjadi idola berarti hampir tidak bisa memiliki privasi.

Chan merogoh sakunya untuk mengambil kartu akses apartemen yang menjadi dorm-nya. Sepertinya karena terlalu banyak hal yang dipikirkan, Chan tidak sadar juga mengambil ponsel dari sakunya dan menjatuhkannya tepat saat menempelkan kartu akses ke pintu. Pintunya terbuka, tetapi Chan tidak langsung masuk karena memungut ponselnya dan kemudian menghela napas panjang.

Foto yang menjadi lock screen ponselnya adalah kumpulan polaroid antara dirinya dengan Hongjoong semasa SMA. Dulu mereka pernah berjanji untuk debut bersama dan menjadi pendukung untuk satu sama lainnya. Namun, Chan sampai detik ini tidak pernah paham dengan keputusan Hongjoong yang keluar dari agency dan memutuskan untuk berkuliah Teknik Perminyakan di SNU. Lalu setelah lulus malah memutuskan untuk meninggalkan Seoul dan bekerja di Doha, 8 jam waktu tempuh menggunakan pesawat dan perbedaan waktu 6 jam yang membuat Chan terjaga setiap malam. Hanya untuk terus bisa berkomunikasi dengan Hongjoong di waktu yang tepat untuk lelaki itu.

"Sebenarnya, aku tahu apa tentangmu, Joong?" Chan bergumam dan mengantongi ponselnya. Masuk ke dalam apartemen dengan lampu yang telah dimatikan.

Membuat Chan mengernyit, karena ini masih terlalu awal untuk anggotanya tidur—apalagi mengingat Changbin dan Jisung yang tinggal bersamanya—dan saat membuka pintu kamarnya, ruangannya menjadi gelap. Chan dan kebiasaannya selalu menyalakan lampu kamarnya seringkali dimarahi oleh Minho karena membuang-buang energi dengan percuma.

"Oh, hai Minho." Chan tersenyum saat menyalakan lampu dan menemukan lelaki itu di kamarnya.

Meski sejujurnya dia merasa kaget dengan kehadiran Minho, karena rasanya mereka sudah memiliki kamar masing-masing. Apalagi kamar Chan bukanlah definisi kamar yang akan disukai oleh Minho karena nuasa yang gelap—dominan warna abu-abu serta hitam—dan juga karena kondisi kamarnya yang berantakan.

Menghampiri Minho dan menyodorkan ice americano yang dibelinya saat perjalanan pulang. "Kali ini one shot, oke. Kamu sudah terlalu banyak minum kopi hari ini."

"Enggak ada rasanya kalo cuma satu, Chan." Protes Minho, tetapi menerima gelas yang diberikan kepadanya. "Makasih udah dibeliin."

"Santai aja."

Chan memutuskan untuk duduk di lantai kamarnya yang dilapisi oleh karpet berbentuk Squidward yang diinjak-injak oleh warga Bikini Bottom. Dihadiahkan oleh Hongjoong untuknya saat berulang tahun ke 19. Meski Hongjoong bilang dia membelinya di seorang artist yang dilihatnya di internet, tetapi Chan bukannya tidak tahu kalau lelaki itu yang membuat karpet tersebut karena terus bercerita tentang adegan tersebut karena lucu.

Kebiasaan Chan kepada orang yang sudah dianggapnya sangat dekat, selalu mengulang cerita yang sudah disampaikannya sampai mendapatkan respon yang diinginkannya. Hal yang sudah Chan tidak lakukan sejak debut beberapa tahun yang lalu lantaran tahu akan membuat orang lain jengkel kepadanya.

Juga karena Chan melihat sendiri jemari Hongjoong yang hampir semuanya ditutupi dengan plester karena tertusuk jarum. Meski Chan bertanya apa itu karena membuat karpet untuknya, Hongjoong bilang itu karena kecerobohannya di dapur. Entah karena memang benar-benar karena kecelakaan di dapur atau karena Hongjoong tahu kalau Chan akan merasa bersalah jika diberitahu yang sebenarnya.

"Mikirin apaan?" Teguran Minho membuat Chan kembali kepada masa sekarang. Membuat tatapannya beralih dari karpet berbentuk Squidward kepada Minho yang duduk di tempat tidurnya. Chan hanya tersenyum, karena melihat gelas minuman yang diberikannya, isinya sudah tinggal es batunya. "Gak usah senyum seolah gak ada apa-apa, padahal lagi mikirin banyak hal."

Meski mendengar perkataan Minho yang seperti itu, Chan tetap tersenyum. Sejujurnya, dia merasa serba salah jika berhadapan dengan Minho, karena tidak seperti orang-orang sekitarnya pikirkan bahwa Chan tidak sadar perasaan lelaki itu kepadanya. Chan sadar serta sialnya, dia tidak bisa melakukan apa pun untuk memberikan batasan atau menghindari lantaran agensi mereka yang tiba-tiba memasangkannya dengan Minho karena fans grup mereka menganggap interaksi mereka yang lucu.

Lalu entah bagaimana ceritanya, jarak mereka semakin menipis dan Chan terbelalak dengan yang dilakukan Minho. Bibir mereka bertemu dan sejujurnya dititik ini, Chan ingin menyerah memikirkan Hongjoong. Setidaknya, saat ini ada yang benar-benar menginginkannya dan selalu ada untuknya. Perlahan Chan memejamkan mata dan hendak mengikuti suasana yang tercipta saat ini.

Namun, nyatanya suara pesan masuk membuat mata Chan terbuka kembali dan mendorong Minho untuk memberi jarak di antara mereka. Menoleh untuk melihat pesan yang masuk dan begitu melihat nama yang tertera serta pop up pesan terakhir yang ditampilkan, Chan langsung berusaha untuk berdiri. Karena gerakannya yang tiba-tiba, dia terhuyung dan kepalanya sedikit pusing.

Hanya saja, itu tidak membuat kakinya berhenti untuk melangkah—tidak, leboh tepatnya berlari—keluar dari kamarnya dan segera mengambil sepatunya di lantai. Keluar dengan tergesa-gesa, meninggalkan Minho sendirian di kamarnya dan Chan tidak memikirkan hal lain selain turun ke basement secepatnya.

"Brengsek!" Maki Minho dan menghela napas kasar. Melihat karpet yang berbentuk Squidward yang terinjak-injak yang Minho tahu siapa yang membuatnya dan melemparkan gelas plastik yang isi esnya sedikit mencair. "Aku membencimu ... AKU MEMBENCIMU KIM HONGJOONG!"
 
 
Read More