Tuesday, April 14, 2020

Pagi Mereka


Seungwoo terbangun saat jam digitalnya menunjukkan jam 6.17 pagi. Jinhyuk ada di sampingnya, tidur menggunakan sebelah tangannya yang dijadikan bantal. Seungwoo tersenyum melihat bibir Jinhyuk yang sedikit terbuka, tanda dia benar-benar terlelap. Membuat Seungwoo mendekat dan mempertemukan bibir mereka berdua.

Membuat mata Jinhyuk terpejam lebih dalam, lalu membuka matanya perlahan. Disambut dengan senyuman dan Jinhyuk memejamkan matanya karena merasa mengantuk, tetapi tidak bisa melanjutkan tidurnya karena Seungwoo menciumnya lagi. Membuat Jinhyuk terjaga dan Seungwoo tersenyum kepadanya.

"Good morning, Jinhyuk."

"Mmm," gumam Jinhyuk yang masih mencoba mengumpulkan kesadaran, "pagi, sayang."

"Masih mengantuk?"

"Itu harusnya pertanyaanku," Jinhyuk berusaha membuat matanya tetap terbuka, tetapi dorongan untuk memejamkan mata terlalu besar, "tapi ya, aku mengantuk."

Jinhyuk kembali memejamkan mata dan Seungwoo melihatnya hanya tersenyum. Benar-benar seperti Jinhyuk yang selalu bersamanya saat di Dublin. Membangunkan Jinhyuk itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan setidaknya butuh setengah jam untuk membuatnya benar-benar terjaga dan bersiap untuk ke kampus atau sekadar sarapan bersama.

"Hngg ... geli," protes Jinhyuk saat seluruh wajahnya dicium oleh Seungwoo dan membuatnya membukakan mata, "ini jam berapa?"

"Belum setengah tujuh yang jelas."

"Aku mau tidur sepuluh menit lagi," protes Jinhyuk sembari memejamkan matanya lagi dan bibirnya sedikit maju karena cemberut. Membuat Seungwoo menciumnya dan Jinhyuk membuka matanya lagi, karena sebenarnya dia sadar kalau pacarnya sudah menghujaninya dengan ciuman, maka dirinya tidak bisa tidur lagi, "jangan cium aku terus, sayang."

"Katanya mau baked."

"Mataharinya gak ada," Jinhyuk menatap sekitar dan dari jendela besar di kamar Seungwoo, dia bisa melihat awan yang mendung, "besok aja, aku mau tidur."

"Ada," Seungwoo tersenyum dan membuat Jinhyuk meliriknya, "mataharinya ada di pelukan saya."

"Apaan?!" Jinhyuk memukul lengan Seungwoo yang tidak menjadi bantal dan membuat lelaki itu sedikit meringis karena dia memukulnya dengan tenaga. "Jangan sok ngide jadi dangdut deh."

"Wajahmu memerah, Jinhyuk."

"Siapa suruh dangdut banget tadi?"

Seungwoo hanya tertawa dan Jinhyuk menenggelamkan wajahnya pada dadanya. Lelaki itu mengusap pelan rambut Jinhyuk dengan sayang, membuat Jinhyuk menatapnya sembari tersenyum dan kemudian mereka berciuman. Tidak seperti ciuman-ciuman sebelumnya yang ringan, sekarang mereka melakukannya dengan dalam dan penuh nafsu.

Entah siapa yang memulai untuk melucuti pakaian keduanya. Membiarkan Seungwoo memetakan tubuh Jinhyuk yang sudah dia kenali lebih dari apa pun. Membuat Jinhyuk melenguhkan namanya di sela desahan dan membuat ruangan kamar mereka menjadi panas, padahal di luar tengah hujan yang cukup lebat. Kulit mereka bertemu, menukarkan kehangatan di tengah dinginnya suhu pagi di Bandung yang lebih dari biasanya.

Saat mereka sampai pada puncaknya karena bersanggama, Seungwoo menahan dirinya dengan kedua tangannya agar tidak menima Jinhyuk yang berada di bawahnya. Keduanya terengah, tetapi saling melemparkan senyuman dan Jinhyuk membawa Seungwoo ke dalam ciuman yang panas, seolah tenaganya tidak terkuras dan siap untuk sesi selanjutnya.

Mengabaikan kebiasaan Jinhyuk yang saat bangun tidur hal yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek HP untuk memeriksa email dan chat yang masuk. Jika Jinhyuk bersama Seungwoo, dia bisa mengabaikan apa pun di dunianya agar keduanya tetap bersama.

No comments

Post a Comment