Pertemuan Pertama Saat Tengah Malam
"Sekali lagi lo cerita kalo diterima jadi kasir, gue sumpal sama ampas kopi!" ancam Byungchan yang membuat Jinhyuk cemberut.
Apa temannya tidak bisa mengerti kalau Jinhyuk kelewat bahagia karena akhirnya dapat email pemberitahuan diterima sebagai kru? Jinhyuk sudah mau menangisi kebodohannya yang saking gugupnya malah melakukan hal berlawanan dari yang diminta pewawancaranya. Jadi saat mendapatkan email pemberitahuan kalau dia lolos tentu saja membuat Jinhyuk senang dan memberitahukan kepada Byungchan.
"Langsung ke sana abis shift selesai?" tanya Jinhyuk yang tidak direspon Byungchan karena dia mengantarkan latte kepada waitress yang sudah menunggu untuk mengantarkan pesanan ke meja tertentu.
"Jorok banget lo, gak mandi dulu," sahut Byungchan dan mengetuk portafilter yang tadi digunakan untuk membuat latte ke wadah penampung ampas kopi, "dan seinget gue, pesanan lo itu jadi double shot espresso, jadi kenapa lo cuma buat one shot?"
Jinhyuk memaki dirinya sendiri dan Byungchan hanya bisa memutar matanya dengan malas. Jadi saat akhirnya shift malam mereka selesai, keduanya ke apartemen Byungchan. Sebenarnya lebih tepatnya apartemen pacar Byungchan yang bernama Eunwoo. Dia atasan Yuvin di kantor, tetapi tidak ada satu pun orang kantor Eunwoo tahu eksistensi Byungchan sebagai pacarnya.
Bukan disembunyikan, tapi Eunwoo tidak pernah ditanya dan tidak ingin juga menjelaskan.
"Loh, sayang kapan pulangnya?" Byungchan kaget karena Eunwoo sudah berdiri di depan batas tempat melepaskan alas kaki dan akses menuju ruang tamu. "Kenapa gak kasih kabar kalo pulang sih? Kan aku bisa beliin makanan dulu tadi."
Eunwoo tidak langsung menjawab karena memeluk Byungchan dan seolah lupa kalau ada Jinhyuk di sana. Antara kesal eksistensinya tidak dianggap, sirik karena adegan mesra di depannya dan menyadari bahwa selama ini hidupnya sekering itu dalam hal percintaan karena beginian saja bisa bikin kesal setengah mampus.
"Aku kangen kamu, Uchan."
"Sama," sahut Byungchan yang menepuk-nepuk pelan punggung Eunwoo, "tapi bisa dilepasin? Kasihan Jinhyuk tersiksa melihat adegan ini."
Jinhyuk yang baru selesai merapikan alas kaki di lantai, tidak terima namanya dibawa-bawa Byungchan. "GUE DIEM AJA LOH!"
Eunwoo tertawa dan melepaskan pelukan mereka. Jinhyuk tidak tahu dirinya mendahului yang punya rumah langsung ke kamar tamu (yang sepertinya sudah menjadi kamar kedua Jinhyuk karena banyak bajunya di sana) dan masa bodohlah dengan keduanya. Jinhyuk mau segera mandi dan tidak mau melihat kelanjutan kemesraan pasangan kelebihan hormonal itu kalau sudah berdekatan.
Kayak dunia milik berdua, yang lain numpang napas doang.
Saat keluar kamar dengan keadaan segar setelah mandi, Jinhyuk tidak heran kalau Byungchan ada beberapa tanda kemerahan di leher lelaki itu. Tadinya Jinhyuk pikir Eunwoo akan kesal karena Byungchan memilih ikut The Librean yang shift malam, meninggalkan lelaki itu sendirian di apartemen. Bukannya malah melihat lelaki itu memutarkan kunci mobil di telunjuknya seolah siap mengantar mereka ke tempat kerja mereka selama 14 hari ke depan.
"Uchan, jangan cari perkara sama orang ya," pesan Eunwoo saat sudah tiba di tujuan dan membukakan sabuk pengamannya Byungchan, "kalau orang lain rese, diam saja dan senyumin. Nanti marah-marahnya sama aku aja."
"Iya nanti aku usahakan."
Jadi kalau setelah sabuk pengaman Byungchan terbuka dan Eunwoo malah sempat-sempatnya mencuri ciuman singkat, Jinhyuk bersyukur dia bisa segera terbebas dari siksaan bernama menjadi orang ketiga dalam suasana romantis. Sumpah, menjadi penonton teman sendiri yang bermesraan dengan orang lain itu tidaklah menyenangkan.
Mereka berdua berjaan menuju tempat yang katanya mereka harus berkumpul. Jinhyuk menjadi kasir dan Byungchan menjadi packer. Alasannya jelas, agar mereka tidak terpisahkan lantaran mereka sudah memasuki usia untuk maintenance pertemanan itu sulit, jadi kalau kebanyakan kenal orang baru malah makin bikin repot memelihara hubungan antar manusia.
"Apronnya kenapa deh kantongnya segede ini?" protes Byungchan yang sudah mengisi daftar kehadiran dan diberikan apron beserta ID yang mencantumkan nama serta QR code yang digunakan sebagai absensi. "Jangan-jangan nanti disuruh bawa botol minuman sama hal remeh temeh seperti stapler sama pulpen."
"Kayaknya sih iya," Jinhyuk melihat beberapa orang dari shift sebelumnya yang datang ke tempat mereka sekarang berada, "tuh beberapa kelihatan kantongnya membawa botol tupperware."
"Awas hilang tupperware-nya, emak nanti coret dari kartu keluarga."
Jinhyuk hanya tertawa mendengar candaannya Byungchan. Banyak orang-orang berkumpul di beberapa titik, sepertinya mereka bagian dari shift malam seperti Jinhyuk dan Byungchan. Suara deheman dan bunyi mik yang dipukul dengan jari membuat semua orang yang ada di sana mencari sumber suara. Menemukan lelaki yang wajahnya imut, menggunakan cardingan pink dengan kaos hitam berlogo timbangan dua sisi seperti yang biasa dilihat pada kantor pegadaian, menggunakan celana pendek dan sepatu converse.
"Halo semuanya, yang merasa bagian dari shift ketiga, bisa berkumpul di dekat saya dan membentuk barisan yang satu baris berisi empat orang." Setelah dengan sedikit keributan, semua orang akhirnya membuat barisan sebanyak 25. Mengecek barisan memang benar-benar 1 baris berisi 4 orang, akhirnya lelaki itu kembali ke tengah dan memegang mik wireless yang sekaligus punya speaker sendiri. Entah apa itu namanya, soalnya Byungchan punya benda seperti itu. "Oke, perkenalkan gue Jung Subin. Panggil aja Subin dan gue yang ngurus bagian logistik."
Semua orang tidak memberikan respon karena meski wajah lelaki itu itu, tatapannya seperti sanggup membekukan mereka saking dinginnya dan wajahnya juga tidak ada ekspresinya. Lalu bahu lelaki itu ditepuk, membuatnya menoleh dan akhirnya menganggukkan kepala. Ada tiga orang lelaki ada di sana dan Jinhyuk sekarang berharap Byungchan posisinya di sampingnya dan bukan di depannya agar tahu temannya memasang ekspresi seperti apa.
Dia kan tidak bisa melihat lelaki yang tampan dan ketiga orang itu terlihat tampan di atas rata-rata.
"Selain kasir dan packer, ikut gue."
Perintah Subin yang menyerahkan mik kepada orang yang menepuk pundaknya, membuat banyak orang mengikuti langkah lelaki itu. Sementara Jinhyuk, Byungchan dan dua orang yang kebetulan berbaris di tempat yang sama dengan mereka (namanya Minkyu serta Sejin) juga tetap tinggal. Jinhyuk tidak tahu pasti ada berapa orang yang tinggal, tetapi mereka membentuk barisan seperti yang Subin perintahkan tadi meski tidak ada perintah.
"Hello guys, from now until next fourteen days we will meet everydays." jelas lelaki itu sembari tersenyum, sementara Jinhyuk malah salah fokus ke sepatunya. Jinhyuk mengumpat dalam hati karena itu sepatu Yeezy keluaran terbaru yang belinya katanya harus war untuk first release. "My name is Han Seungwoo. From my left is Kang Seungsik and at my right is Jung Jaehyun. We are your chief cashier and have any question before we go to your counters?"
Tidak ada tangan yang terangkat, tetapi banyak yang ribut karena tidak menangkap apa yang diucapkan oleh lelaki yang namanya Seungwoo itu. Byungchan dan Jinhyuk saja mendadak jadi google translate sekitarnya karena sepertinya cuma mereka yang mengerti dengan tepat maksudnya apaan.
Sadar dengan keadaan, Seungsik mengambil mik yang dipegang Seungwoo dan berdeham untuk mengumpulkan semua atensi ke depan. "You kalau tak paham kita cakap, kasih tahu. I can speak bahasa dan peringatan dini, lo semua boleh goblok di hari pertama kerja, tapi you semua jangan sampai goblok di hari terakhir." Semua orang terbengong dengan perkataan Seungsik yang logat melayunya cukup kental. "And for information, tiap tahun gue selalu bikin kasir dan packer nangis. Jadi baik-baik lo semua kerja kalau gamau gue buat nangis."
Semua orang terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Mungkin masih shock dengan wajah Seungwoo yang sangatlah lokal seperti Koko Surabaya, tapi ngomong Bahasa Inggris atau yang tampak seperti orang Korea malah bisa lo-gue dan mengancam untuk mereka tidak berbuat kegoblokan sepanjang bekerja di bawah awasannya.
"You semua diam, mengerti gak gue ngomong?" tanya Seungsik yang membuat semua orang akhirnya memutuskan koor bersama.
"Iya."
"Oke, ikut kita ke gedung," perintahnya dan sepertinya dia lupa mematikan mik di tangannya karena semua orang bisa mendengar, "haiyah, why they so stupid la? You not speak like text book and they not even understand?!"
Jaehyun yang mendengar suara Seungsik yang cukup nyaring dari seharusnya, langsung tersadar dengan apa yang terjadi. "Ssik, you forgot turn off the mic."
"Oh shit la."
Setelah itu, Jinhyuk dan semua orang tidak tahu ketiganya mengatakan apa sepanjang jalan. Sampai akhirnya tiba di meja kasir dan Seungsik serta Jaehyun membagikan modul berisi pengoperasian komputer serta mesin EDC yang digunakan untuk menggesek kartu debit dan kredit.
"Before we start," suara Seungwoo membuat semua orang fokus kepadanya yang tengah menatap semua orang, "how to make you guys understand what I speak? Should I make it easy like speak with elementary kids?"
"No, it's okay." Jinhyuk mengutuk mulutnya yang menyahut secara spontan, "I mean ... we actually understand what you say, but you speak too fast. Can you make it a little bit slower?" Jinhyuk bahkan membuat perandaian dengan jarinya sebagai isyarat untuk sedikit memperlambat.
Hal yang tidak disangka semua orang (terutama Seungsik dan Jaehyun) adalah Seungwoo tersenyum dan menganggukkan kepala. Semua orang yang tahu Seungwoo tahu lelaki ini bukanlah tipe yang mudah memberikan senyuman kepada orang asing.
"Ok, I will speak slower," jawab Seungwoo, "but you should be my translator to everyone."
Jinhyuk tadinya sudah lega mendengar persetujuan Seungwoo, langsung menatap horor lelaki itu. "Wait ... what?!"
"You. Will. Be. My. Translator."
Jinhyuk merasa pusing mendadak karena ketiban tugas yang tidak diinginkan, sementara Jaehyun menyikut Seungsik agar mengontrol ekspresinya.
"Jaga wibawa lo, bangsat!" bisik Jaehyun yang memastikan suaranya hanya terdengar oleh Seungsik.
Seungsik bukannya merasa kesal karena disikut kuat oleh Jaehyun, justru bertanya, "bro, can I switch shift aja daripada lihat ntar ada yang kebawa perasaan pas besok mulai kerja?"
"Nah, you always paired with Seungwoo for this fcking reason, bro," Jaehyun hanya bisa tertawa pelan, "terima nasib ajalah."
Seungsik hanya bisa berdecak mendengar perkataan Jaehyun. Memang nasibnya selalu apes, selalu dipasangkan dengan Seungwoo setiap berada di Indonesia karena dari semua negara yang mereka datangi, negara ini yang paling mudah baper dengan eksistensi lelaki itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment