Friday, March 27, 2020

Ada yang Maunya Dipeluk


Seungyoun setelah berbalas pesan dengan Wooseok dan mengalami perdebatan batin apakah harus memesan batu di website yang diberikan. Pada akhirnya dia menyerah dan memesan, meski hanya bisa melengos saat tahu barangnya baru akan jadi sebulan setelah pemesanan karena hand made.

Tanpa terasa, sudah memasuki jam makan malam dan baru Seungyoun ingin mengirim chat kepada Jinhyuk, lelaki itu sudah muncul dengan wajah yang tampak kelelahan. Baru mau memanggil, Jinhyuk menatapnya dengan lelah.

Sepertinya pekerjaan Jinhyuk hari ini berat sekali sampai bisa berekspresi seperti itu.

"Youn," panggilan itu membuat Seungyoun merasa heran, karena Jinhyuk tidak pernah memotong namanya, "tolong diam di situ."

Seungyoun bingung dengan permintaan Jinhyuk, tetapi lelaki itu mendekatinya dan tiba-tiba saja skenario yang tidak pernah dibayangkan terjadi saat itu. Jinhyuk memeluknya dan menaruh dagunya di bahu Seungyoun. Samar, napas Jinhyuk yang menyapu telinga Seungyoun membuatnya seperti merasakan sengat elektris yang membuatnya meremang. Aroma parfum Jinhyuk yang dihafalnya karena beberapa kali tidur bersama, memenuhi paru-parunya.

Sementara Jinhyuk hanya memejamkan matanya karena capek dan entah kenapa ingin memeluk sesuatu yang bukan guling di kamarnya. Jadi saat melihat Seungyoun pertama kali, Jinhyuk tidak berpikir panjang untuk memeluk lelaki itu. Pikirannya berkabut karena pekerjaan mengoreksi seluruh kuis yang masuk lewat email dan juga karena pesan Seungwoo yang membuatnya takut.

Jinhyuk hanya pernah mengenal takut satu kali, saat ibunya mencekiknya hingga kesulitan bernapas dan kehialangan kesadaran. Namun, rasanya dia merasakan ketakutan yang sama saat Seungwoo mengirimkan pesan itu.

"Jinhyuk," Seungyoun tidak yakin harus bersikap apa, karena jantungnya sudah berdebar tidak karuan dan rasanya pikirannya mendadak memberikan banyak tanya tentang alasan lelaki itu memeluknya, "lo gapapa?"

Bukannya menjawab, Jinhyuk justru menenggelamkan wajahnya di leher Seungyoun yang membuatnya menahan mati-matian agar erangan tidak lolos dari bibirnya. Leher adalah tempat sensitif Seungyoun dan menjaga kewarasan di keadaan seperti ini adalah sebuah tantangan yang tidak mudah.

"Youn," panggilan yang terdengar seperti gumaman membuat Seungyoun yang sejak tadi berperang dengan pikirannya sendiri, bergumam tidak jelas sebagai jawaban, "pukpukin gue. Bilang gue udah melakukan yang terbaik."

Seungyoun tidak paham kenapa Jinhyuk seperti ini, tetapi sebelah tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Jinhyuk. "Jinhyuk, you did well today."

"Maunya dipukpukin di kepala."

Seungyoun mendengarnya entah kenapa tersenyum dan tangannya yang tadi di punggung Jinhyuk, berpindah ke puncak kepala lelaki itu. Menepuk pelan dan mengulang, "Jinhyuk. you did well today."

"hmm...."

"Jinhyuk, makasih udah berusaha sebaik mungkin hari ini," sebelah tangan Seungyoun tidak berhenti menepuk pelan puncak kepala Jinhyuk dan teringat pesan terakhir tentang Jinhyuk. Dia pikir hanya berlaku di atas ranjang, bukan dalam keadaan sekarang, "Jinhyuk, lo gak sendirian. Ada gue yang gak bakalan ninggalin lo."

"Youn, jangan membuat janji yang gak bisa lo tepati."

"Kalau gitu, biarkan gue buktiin kalau asumsi lo salah."

"Kan lo suka jajan di luar."

Seungyoun mendengarnya hanya bisa meringis dalam hati. "Lo gak akan percaya ini Jinhyuk, tapi gue melakukan itu karena mikir kalau gak bisa nepatin janji ke Sungjoon, buat apa gue setia sama orang lain?"

"Bego!" Seungyoun bisa merasakan embusan napas Jinhyuk lebih kencang dari sebelumnya di lehernya, mungkin karena efek menghela napas. "Gue kan udah mati."

"Enggak. Dia masih hidup, ada di pelukan gue dengan nama Lee Jinhyuk."

Jinhyuk tidak mengatakan apa pun dan tidak berapa lama, pelukan mereka terlepas karena Jinhyuk menjauhkan diri. Kebetulan pengurus rumah bagian dapur lewat dan Jinhyuk lebih bersemangat dari seharusnya, bertanya tentang menu makan malam. Meninggalkan Seungyoun begitu saja yang memegang wajahnya dengan sebelah tangan, telinganya memerah dan berakhir berjongkok karena rasanya kakinya berubah menjadi jeli.

Kenapa Seungyoun yang ngomong, dia sendiri yang malu dan bukannya Jinhyuk?

No comments

Post a Comment