Saturday, October 30, 2021

You Shall Never Know

Content Warning:
Unrequited love. Hurt, no comfort. One-sided love. Inspired by J.Sheon - You'll Never Know.
 
 
 
Setiap orang punya alasannya untuk memilih jalannya. Termasuk Chan yang memutuskan untuk menyendiri daripada menjalin hubungan dengan seseorang yang bukan dipilih oleh hatinya. Karena mengetahui menjadi pengganti seseorang karena tidak bisa bersama orang tersebut pasti menyakitkan. Lebih baik Chan yang merasakan sakit itu sendirian, tidak perlu membawa orang lain yang tidak tahu apa pun, ikut merasakan sakitnya karena tidak memahami situasinya.
 
Kadang kala, Changbin merasa kasihan melihat Chan yang tersenyum, menguatkan Minho bahwa semuanya akan kembali baik seperti sedia kala dan orang yang mengatakan hal itu adalah pembohong paling ulung sehingga semua orang percaya dengan hal tersebut.
 
Ralat, hampir semua orang.
 
Changbin dan Felix jelas tahu bahwa Chan terlalu banyak membangun kebohongan tentang Minho. Itu membuat mereka berdua sejujurnya kesal sendiri dan bukan sekali Changbin atau Felix memberitahukan Chan tentang hal ini, hanya untuk mendapatkan jawaban tawa. Seolah tawa menyelesaikan segalanya, tetapi nyatanya tidak ada yang selesai dari sisi Chan atau pun dari sisi Changbin.
 
"Hyung, kamu kenapa semenyebalkan ini?" Changbin akhirnya tidak tahan untuk mengatakan apa yang dipikirannya selama ini, saat mereka hanya berdua di studio. Kesempatan yang langka, karena biasanya ada orang ketiga—alias Jisung—dan akan merepotkan untuk menjelaskan ulang kepada orang yang kepekaannya mendekati nol tentang yang terjadi selama ini. "Jangan tertawa, aku muak melihatnya." Protesan Changbin membuat Chan berhenti tertawa, tetapi tetap tidak menghilangkan cerianya karena memilih untuk tersenyum.
 
Hal yang justru membuat Changbin semakin kesal sendiri. Karena apa tidak bisa sekali pun Chan menampilkan emosi yang sebenarnya dia rasakan kepada mereka?
 
"Apa kamu tengah bertengkar dengan Felix karena aku?" Chan bertanya, masih tetap tersenyum dan rasanya Changbin belum pernah dalam hidupnya selama ini memi;iki dorongan yang sangat besar untuk memukul seseorang.
 
Namun, kali ini rasanya Changbin ingin melakukannya untuk membuat Chan sadar bahwa dia bisa berhenti dan memilih cara yang lain.
 
"Mau sampai kapan menipu semua orang dengan ekspresi itu?"
 
"Kamu tahu, aku bisa memberikan dunia kepadanya," tanpa sadar Chan tersenyum dan Changbin melihatnya dengan prihatin, "tetapi aku tidak bisa. Aku tidak punya hak untuk mengintervensi hubungan mereka."
 
"Kalau tahu, kenapa tidak berhenti?"
 
"Aku tidak bisa." Chan menggeleng dan Changbin tahu sebenarnya jawaban yang akan di dengarnya. Sejujurnya, itu memuakkan. "Pernah tidak kamu merasakan kalau dia adalah orangnya? Orang yang selama ini kamu cari dan semua ada pada dirinya adalah yang kamu inginkan, tetapi nyatanya aku kalah pada hal bernama kesempatan."
 
"Tidak." Sebenarnya Changbin ingin bilang bahwa tidak salah lagi, karena itu juga terjadi kepadanya. "Kalau aku jadi hyung, aku akan maju memperjuangkannya. Persetanan dia bersama orang lain dan dia memutuskan untuk tetap setia dengan pasangannya padahal menurutmu bisa menjadi lebih baik darinya."
 
Di titik ini, sebenarnya yang menyedihkan itu siapa sebenarnya? Chan atau Changbin?
 
Atau sebenarnya mereka berdua adalah sama-sama orang yang menyedihkan karena menatap orang yang nyatanya tidak melihat balik seperti yang dilakukannya.
 
"Changbin, aku tidak berniat untuk menjadi perusak hubungan seseorang."
 
"Seperti kataku, hyung, persetanan dengan hubungannya bersama orang lain." Changbin mendengkus dan memutuskan untuk mencari-cari kesibukan di ponselnya untuk mengalihkan rasa sesak yang dirasakannya. "Karena untuk apa berdiri di belakang sebagai penopang yang hanya dilihat jika terjadi sesuatu yang buruk terjadi kepadanya kalau kamu bisa berada di sampingnya, hyung?"
 
Changbin tidak mendengar apa pun dari Chan dan dia tidak ingin mendongak untuk melihat ekspresi lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu. Meski sebenarnya Changbin tahu ekspresi apa yang tengah Chan tampilkan, tetapi lebih baik dia tidak melihatnya. Untuk kebaikannya sendiri, untuk membuat hatinya tidak semakin berserakan tanpa tahu caranya Changbin mengembalikan secara utuh seperti semula.
 
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak melakukan perkataanmu barusan kepada Felix?"
 
Changbin melengos dan Chan tertawa sebagai jawabannya. Tanpa tahu bahwa apa yang Chan dan Changbin ketahui itu benar-benar dua fakta yang mengalami deviasi.

No comments

Post a Comment