Malam Minggu Mereka

Tuesday, May 26, 2020

No comments

Seungyoun akhirnya memutuskan untuk menanyakan apa yang Jinhyuk rasakan setelah makan malam. Namun, Jinhyuk seharian tidak mau keluar kamar dan makanan yang dibawakan oleh pengurus rumah tidak disentuh sama sekali. Memnbuat Seungyoun pusing dan berakhir menelepon ibu Jinhyuk untuk menanyakan makanan apa yang disukai oleh Jinhyuk.

"Jinhyuk," panggilan Seungyoun di depan pintu laboratorium lelaki itu yang tidak digubris dan dia menyesal tidak pernah meminta sidik jarinya dimasukkan ke dalam database agar bisa membuka pintunya, "ayo makan. Lo seharian gak makan, Jinhyuk."

Seungyoun pikir suaranya tidak terdengar sampai ke dalam dan baru akan mengeluarkan HP-nya untuk menelepon, pintu laboratorium terbuka. Memperlihatkan Jinhyuk dengan wajah datarnya dan membuat Seungyoun teringat ekspresi lelaki itu saat dulu mereka pertama kali bertemu karena dijodohkan. Membuat Seungyoun merasa ada jarak di antara keduanya yang terbentang, lagi.

"Ayo makan, gue tadi udah minta masak makanan kesukaan lo."

Jinhyuk tidak memberikan respon, tetapi saat Seungyoun mengulurkan tangannya untuk mengajaknya bergandengan, lelaki itu menerima tangannya. Seungyoun tersenyum dan keduanya naik ke atas untuk ke ruang makan. Sepanjang jalan mereka saling diam, tetapi genggaman tangan tidak terlepas. Tautan mereka terlepas saat tiba di meja makan dan saat Jinhyuk hendak ke kursinya di ujung, Seungyoun menahan tangan lelaki itu. Membuatnya keduanya saling berpandangan.

"Jangan di sana," Seungyoun menatap Jinhyuk, "makan di sebelah gue."

Seungyoun pikir Jinhyuk akan tetap diam. Jadi saat mendengar kata, "oke," dari lelaki itu, Seungyoun tersenyum lega dan melepaskan tangan Jinhyuk.

Sepanjang makan, mereka tetap saling diam dan Seungyoun sejujurnya tidak suka dengan atmosfer yang seperti ini. Namun, dia tidak tahu harus membuka pembicaraan seperti apa. Di satu sisi, Seungyoun ingin menunggu Jinhyuk untuk mengatakan semuanya, tetapi di sisi lain dia juga ingin semuanya lebih jelas dengan menanyakan apa yang ada dipikirannya.

Namun, pada akhirnya setelah makan malam Seungyoun memutuskan untuk bertanya.

"Jinhyuk," panggil Seungyoun yang membuat lelaki itu menatapnya, "lo gak apa-apa?" Jinhyuk diam dan Seungyoun meraih sebelah tangan lelaki itu untuk digenggamnya. "Jinhyuk, gue sebenarnya kepengen nanya banyak hal kepada lo, tetapi yang paling utama ingin gue katakan adalah gue tetap tinggal meski apa pun yang terjadi."

"Lo akan pergi," akhirnya Jinhyuk memberikan respon kepada Seungyoun, "karena lo belum tahu aja apa yang gue lakukan makanya masih bisa bilang untuk tetap tinggal."

"Kalau gitu jelasin ke gue. Buktiin kalau gue tahu semuanya akan meninggalkan lo." Seungyoun menatap Jinhyuk dan sedikit mengeratkan genggamannya. "Jinhyuk, gue cuma mau bilang kalau gue juga gak sesempurna itu. Lo aja bahkan tahu mantan-mantan gue banyak. Termasuk dua teman dekat lo, tapi lo gak pergi."

"Lo pernah gak kepikiran kalau kita ini sebenarnya saling cinta atau karena kejebak perjodohan ini makanya berusaha menyamankan diri satu sama lain?" pertanyaan Jinhyuk yang tidak terduga itu membuat Seungyoun terdiam, tetapi sejujurnya hatinya agak tercubit mendengarnya. Karena Jinhyuk meragukan Seungyoun dan ternyata itu bisa sedikit menyakitinya. "Gue seharian memikirkan banyak hal. Tentang masa lalu yang belum selesai, tentang kita dan tentang gue sendiri."

"Apa lo udah mendapatkan jawabannya?" tanya Seungyoun yang membuat Jinhyuk tidak menatapnya. "Jinhyuk, tatap gue. Apa lo udah menemukan semua jawabannya?"

"Youn, sejujurnya gue pusing dan gak tahu harus mengurainya dari mana."

"Kalo gitu, tatap gue dan bilang lo mau semuanya selesai," Seungyoun menatap Jinhyuk dan perlahan lelaki itu menatapnya, "kasih tahu gue Jinhyuk sebenarnya lo mau apa? Kalau lo mau selesai, langkah pertama adalah kita harus saling terbuka."

"Udah gue bilang, lo pasti bakalan meninggalkan gue kalau tahu sebenarnya."

"Dan apa lo udah mencobanya?" tanya Seungyoun yang membuat Jinhyuk terdiam. "Semua asumsi itu ada di kepala lo dan kenyataanya, lo belum mencoba untuk tahu hasil yang sebenarnya seperti apa."

Jinhyuk diam dan Seungyoun melepaskan tautan mereka. Dia pikir, Seungyoun akhirnya menyerah, tetapi suara tarikan kursi di sampingnya membuatnya menoleh dan lelaki itu duduk di sana. Keduanya saling bertatapan dan Jinhyuk kehilangan kata saat Seungyoun memeluknya terlebih dahulu. Terlebih saat punggungnya ditepuk pelan dan dia mendengar, "kita itu gak sempurna, Jinhyuk. Lo gak perlu takut, karena semua itu hanya asumsi doang."

Semua ketakutan-ketakutan Jinhyuk perlahan runtuh dan membalas pelukan Seungyoun dengan melingkarkan tangannya di tubuh lelaki itu. Menyamankan diri dan tidak lama kemudian, dia menangis. Karena ternyata semuanya hanyalah ketakutannya belaka dan setelah ini, dia akan menjelaskan semuanya dengan perlahan.

Karena Jinhyuk yakin, Seungyoun akan tetap tinggal meski mendengar semuanya.
Read More

JUNE WRITING CHALLENGE: LEE JINHYUK

No comments

Selamat datang di master postingan dimana saya akan menuliskan tentang Lee Jinhyuk selama 30 hari di bulan Juni 2020 ini. Terinspirasi dari challenge yang saya ingin ikuti di Twitter dan karena mau membuat event serupa untuk Jinhyuk tapi takut kena bash netizen Twitter akhirnya memutuskan untuk membuat ini.

Tujuannya ya jelas untuk membuat cerita untuk Jinhyuk selama bulan ulang tahunnya ini. Dibantu oleh netizen Twitter yang menyumbangkan prompt kata/kalimat beserta pair, maka terkumpulah 32 prompt di bawah ini. Sudah saya duga 2 pair bakalan populer, tetapi saya tidak menduga beberapa pairing yang tidak terduga muncul. Namanya netizen ya, terserah sajalah, saya yang minta ya harusnya siap dengan ide-idenya netizen Twitter.

Lagipula saya fans misqueen, jadi hanya bisa merayakan ulang tahun Jinhyuk dengan menuliskan cerita untuknya.


Kalau kalian perhatikan, ada kode (D) dan (S). Itu saya buat dengan maksud menjelaskan posisi tokohnya. D untuk dominan dan S untuk submissive. Sungguh saya tidak mau tulis asal makanya mengide menulis seperti di atas dan karena ini bulannya Jinhyuk, jadi terserah netizen sajalah. Totalnya ada 32 dan tidak tahu apa akan menuliskan semuanya atau hanya 30 saja.

  1.  Sejin & Jinhyuk - Mental Health (https://moontory.blogspot.com/2020/06/fall-in-fall.htmlhttps://twitter.com/shxleav/status/1267341603842125824?s=20)


Selain dipublikasikan di sini, saya juga akan mempublikasikan di AO3 dan Wattpad. Namun, di Wattpad kemungkinan saya akan mempublikasikan dalam 1 buku dan AO3 saya akan posting satu per satu dan dikumpulkan dalam 1 series. Saya suka menulis, membuat banyak orang membaca cerita yang dibuat dengan susah payah dan mengarsipkannya agar bisa ditemukan oleh orang-orang.
Read More

All of Us

Sunday, May 24, 2020

No comments

"Seok, kamu tahu rindu itu apa?" tanya Jinhyuk sembari menggenggam tangan Wooseok. "Rindu adalah cinta sebelum dijemari janji."

"Tapi, sekarang aku di sini, Hyuk."

"Yang kurang dari enam jam lagi akan pergi meninggalkanku."

Wooseok hanya bisa menghela napas dan mengamati kamar Jinhyuk. Mereka sekarang duduk di ranjang dan menyandarkan diri di dinding, menonton drama yang dibintangi oleh Jinhyuk. Membuat Wooseok teringat dengan kenyataan mereka berbeda dalam banyak hal.

Jinhyuk seorang aktor terkenal dan semua orang berpikir dia masih sendiri. Wooseok adalah penulis terkenal, tetapi pekerjaan aslinya adalah seorang personal assistant seorang petinggi di perusahaan migas. Membuatnya seringkali berpergian keliling Asia karena jabatannya bosnya untuk wilayah Asia Pasifik. Membuat hubungan mereka seperti LDR dan bukan berpacaran pada umumnya. Belum lagi ruang gerak mereka yang terbatas karena ada citra Jinhyuk yang harus dijaga di depan semua orang.

Kencan mereka tidak akan jauh dari apartemen Jinhyuk; menonton drama Jinhyuk atau drama yang ditulis oleh Wooseok; makan bersama sebelum Wooseok pergi mengikuti bosnya untuk mengunjungi negara yang menjadi tugasnya untuk mengecek semuanya berjalan baik-baik saja.

"Seok," panggilan Jinhyuk membuatnya menoleh dan menatap lelaki itu yang menatap TV, "di masa depan, apa kita akan terus seperti ini? Kamu sibuk dengan pekerjaanmu dan aku harus tetap menyembunyikan hubungan kita."

"Hyuk, kita udah bicarain ini," Wooseok menghela napas, "aku akan berhenti suatu saat nanti, tapi aku harus melihatmu sudah stabil dalam karir. Sekarang itu terlalu riskan."

"Apa fansku menganggumu?" pertanyaan Jinhyuk yang sekarang menatap Wooseok yang membuatnya menghela napas. "Atau apa aku terlihat kurang mapan untuk menghidupimu?"

"Jinhyuk, kamu sudah tahu jawabannya, bukan?"

"Wooseok, uang bisa kita usahakan, tapi momen kebersamaan kita tidak bisa diganti dengan uang." Wooseok tidak merespon dan Jinhyuk menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. "Aku tahu yang kamu pikirkan saat ini. Aku memang tidak tahu rasanya benar-benar tidak punya uang sama sekali, tapi aku janji tidak akan membuatmu hidup susah saat bersamaku."

Wooseok tidak menjawab dan memutuskan menyamankan posisi di pelukan Jinhyuk. Rasa hangat yang melingkupinya nyatanya tidak membuat Wooseok berhenti berpikir, justru membuatnya semakin banyak berpikir. Memang benar Wooseok bekerja sekeras ini karena uang (meski sebenarnya pekerjaanya menjadi penulis sudah memberikannya uang yang cukup dan ketenaran), tetapi ada satu alasan yang tidak dia suarakan kepada Jinhyuk.

Alasan dia takut dengan komitmen karena merasa Wooseok seperti ayahnya, mudah kehilangan ketertarikan kepada seseorang dan dia sangat takut suatu saat menyakiti Jinhyuk dengan hal itu. Wooseok sudah melihat bagaimana hari-hari ibunya menangisi ayahnya yang berselingkuh dan mereka memutuskan tidak bercerai karena takut membuatnya tidak bahagia. Padahal sikap mereka justru membuat Wooseok semakin terluka dan takut untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.

"Wooseok, aku sayang kamu." Jinhyuk mengatakan hal itu, lalu mencium kepala Wooseok yang selalu beraroma mint. Membuat Jinhyuk selalu mengasosiasikan mint dengan Wooseok setiap mendengar, mencium atau melihat benda itu disekitarnya.

"Aku juga, Jinhyuk."

Pelukan itu tidak terlepas dan sebenarnya Jinhyuk juga memikirkan tentang hubungan mereka. Wooseok adalah cinta pertama Jinhyuk sejak jaman SMP. Butuh usaha bertahun-tahun agar Wooseok bisa menerimanya sebagai teman dan baru setahun belakangan hubungan mereka naik pangkat sebagai sepasang kekasih. Wooseok itu tipe pendiam yang di kepalanya banyak memikirkan banyak hal yang rumit. Jinhyuk sebenarnya berharap bisa mengurai kerumitan itu, tetapi setiap Wooseok memberi sedikit akses untuk mengetahui rumitnya isi kepala dia, dirinya merasa tidak berguna karena tidak terpikirkan hal yang dipikirkan oleh pacarnya.

"Jinhyuk," panggilan Wooseok yang terdengar seperti gumaman karena wajahnya dibenamkan di dada Jinhyuk membuat lamunannya buyar, "beri waktu setahun lagi."

"Untuk apa?"

"Membuatku bisa melepaskan pekerjaan dan siap menghadapi dunia kalau kita berpacaran."

"Apa kamu takut fansku akan menyerangmu?"

"Aku lebih takut tidak bisa membahagiakanmu daripada dengan fansmu," perkataan Wooseok itu membuat Jinhyuk terkejut, "aku lebih takut kepada diriku sendiri, Jinhyuk. Aku tidak bisa memprediksi apa yang akan aku lakukan di masa depan dan apa aku tidak akan melukaimu dalam proses itu?"

Jinhyuk mengeratkan pelukannya dan sebelah tangannya mengusap pelan rambut Wooseok. Dirinya tahu kalau Wooseok itu punya masalah emosi dan sebenarnya kemampuannya menjadi penulis itu adalah pelariannya dari semua masalah-masalah yang menimpa pacarnya. Menulis adalah media yang disarankan oleh psikiatri Wooseok untuk menemukan solusi dari masalahnya dan keberuntungan yang membuatnya menjadi penulis terkenal. Namun, mendengar Wooseok takut kepada dirinya sendiri karena takut menyakiti Jinhyuk itu membuat dadanya sesak.

"Wooseok," panggil Jinhyuk dan tangannya tetap tidak berhenti mengusap kepala pacarnya itu, "bahagiaku itu bukan tanggung jawabmu. Bahagia adalah tanggung jawab masing-masing individu dan saat kita bersama, bahagia itu dikombinasikan untuk menjalani hidup."

"Aku takut seperti ayah, membuatmu menangis karena sikapku."

"Kamu Kim Wooseok, bukan ayahmu," Jinhyuk kembali menghujani ciuman ke kepala Wooseok selama beberapa saat, lalu memutuskan untuk melanjutkan perkataanya, "jangan takut, kita bisa melewatinya bersama."

"Bagaimana dalam perjalanannya, aku jatuh cinta lagi pada orang lain dan justru menyakitimu?" pertanyaan Wooseok itu membuat Jinhyuk membeku. Wooseok menjauh dari Jinhyuk dan keduanya saling bertatapan. "Bagaimana jika dalam perjalanan menikah nanti, aku atau kamu jatuh cinta kepada orang lain? Apa kita akan bercerai atau bagaimana?"

Jinhyuk tahu kepala Wooseok itu selalu memikirkan hal-hal rumit dan seringkali Jinhyuk tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Namun, untuk kali ini, dia tahu harus menjawab apa dan menatap Wooseok dengan keyakinan itu.

"Aku akan menceritakannya kepadamu," Jinhyuk menatap Wooseok, lekat, "aku akan bilang kepadamu kalau jatuh cinta kepada orang lain dan memintamu untuk membantuku untuk mencintaimu kembali. Karena kalau sampai hal itu terjadi, ada yang salah dalam hubungan kita."

Wooseok mendengarnya hanya bisa merapikan rambutnya yang menutup matanya. Menatanya agar bisa menatap balik Jinhyuk. "Kenyataanya, orang akan memilih untuk bersama orang baru daripada mempertahankan yang sudah ada. Jadi, kenapa aku harus percaya dengan perkataanmu, Jinhyuk?"

"Karena aku mencintaimu," Jinhyuk mendekati Wooseok dan mungkin hanya ada sejengkal jarak di antara keduanya, "kita bersama sejauh ini karena cinta dan jika cinta kita sudah habis, maka setidaknya komitmen yang kita yakini satu sama lain bisa menguatkan untuk tetap bersama."

"Jinhyuk...."

"Jatuh cinta tidak bisa diatur, tapi kita punya pilihan untuk setia kepada komitmen yang dipilih sejak awal atau menuruti perasaan sesaat itu."

Pandangan Wooseok memburam dan Jinhyuk menarik Wooseok ke dalam pelukannya. Dia yidak tahu apakah jawabannya sudah cukup untuk menyakinkan pacarnya, tetapi Jinhyuk tahu bahwa perkataannya sedikit mampu menguraikan pikiran rumit Wooseok saat mendengar, "makasih, Jinhyuk."

Karena Jinhyuk sudah mencintai Wooseok hampir sepanjang hidupnya, jadi dia tidak akan melepaskan lelaki itu meski nanti dalam perjalanan kehidupan dia mungkin menjatuhkan hatinya kepada seseorang secara tidak sengaja.

Beberapa jam kemudian, Jinhyuk mengantarkan Wooseok ke apartemen atasannya. Jinhyuk memberikan ciuman singkat sebagai salam perpisahan karena setidaknya dalam 2 minggu ke depan, mereka tidak bisa bertemu karena kesibukan masing-masing. Wooseok yang mengikuti atasannya dinas keliling Asia dan Jinhyuk yang sibuk syuting dramanya.

Meski sekarang saja Jinhyuk sudah merasakan rindu padahal baru berpisah dengan Wooseok kurang dari semenit yang lalu. Cintanya terlalu besar kepada Wooseok, sehingga membuatnya merindukan lelaki itu setiap tidak melihatnya dan semakin merindu jika mereka face time menggunakan video call.
Read More

Konfirmasi untuk Antisipasi Badai

Saturday, May 2, 2020

No comments

"Do you like him, Swoo?"

Seungsik sudah tidak tahan untuk bertanya hal ini kepada Seungwoo. Jaehyun yang tengah makan di samping Seungsik pura-pura menikmati makanannya, padahal telinganya sudah disiapkan untuk mendengar jawaban yang biasanya dijawab dengan elakan.

"Maybe," Seungwoo menjawabnya dengan senyuman yang membuat Seungsik tidak jadi minum air mineral dan Jaehyun terbatuk karena tersedak makanan yang dimulutnya. Tidak menduga mendengar jawaban berbeda dari Seungwoo, "he look cute and understand what I speak. Is that wrong for you?"

"Adooh," Seungsik tidak sadar mengumamkan keluhannya, "mati gue. Anak orang bisa baper maksimal kalau dia sadar ditaksir sama Swoo."

"Hey, speak English!" protes Seungwoo. "I don't understand if you speak Malay or Indonesia."

Jaehyun yang sudah tidak tersedak dan bisa menguasai keadaan, memutuskan untuk menterjemahkan. "He said, he doomed."

"Why?"

Seungsik menatap tajam Seungwoo. "Why you said?!"

Seungwoo memasang tatapan bingung, sementara Jaehyun hanya bisa memberikan senyuman penuh arti. Siapa pun di The Librean tahu kalau Seungwoo itu selalu membuat masalah dengan bawahannya (secara tidak sengaja) dengan membuat baper beberapa orang karena perhatiannya. Meski sebenarnya Seungwoo itu selalu di posisi serba salah kalau menurut Jaehyun.

Dia diam dan tidak begitu merespon bawahannya, dianggap sombong, Dia merespon dan memberikan perhatian sebagai atasan, dianggap memberikan harapan. Nasibnya Seungwoo sepertinya memang sial, sampai-sampai dijuluki F-boy oleh lingkaran karyawan inti The Librean.

"Listen, Seungwoo," suara Seungsik membuat kedua lelaki yang ada di meja itu menatapnya, "I don't fcking care if you really interest to him or whatever, but do that when off duties. Understand?"

"Okay."

"Great, then," Seungsik melihat lelaki yang kalau tidak salah ingat namanya Jinhyuk, "and stop checking him every fifteen minutes or take him away from me when ask the real price or barcode."

"For that...," Seungwoo sengaja menggantung perkataannya karena Jinhyuk datang ke meja mereka dengan menenteng buku. Dia menjelaskan kepada Seungsik dalam bahasa Indonesia, tetapi Seungwoo mengambil buku saat hendak diserahkan kepada temannya itu. Membuatnya memanen tatapan dan Seungwoo berkata, "What happend, Jinhyuk?"

"Um ... the price different from system."

"Okay, let me check for you." Seungwoo mengetikkan angka pada barcode buku dan di komputernya muncul harga yang berbeda. "IDR fifty thousand at your system?"

"Yes ... Koko. Oh, I mean ... bro?"

"Koko it's okay," Seungwoo tersenyum dan memberikan bukunta kembali kepada Jinhyuk, "use in the system price."

"Thank you."

Sepeninggalan Jinhyuk, Seungsik memberikan lirikan yang menuntut penjelasan, Jaehyun yang sibuk menghitung uang secara manual dan Seungwoo hanya bisa tersenyum.

"I'm sorry bro, but I won't give him to you."

Seungsik hanya bisa melengos dan memijit pelipisnya. Karena Seungsik tidak tahu apa yang dipikirkan patnernya ini. Apakah memang benar-benar tertarik pada Jinhyuk atau hanya penasaran seperti sebelum-sebelumnya?

"You better not make a scene for me," gumam Seungsik yang menerima kasir yang membawa uang kepadanya untuk dihitung, "or I swear to hit you, Swoo."

Kasir di depannya bingung dengan yang dikatakan Seungsik dan dengan senyuman yang diberikan oleh Seungwoo.
Read More