Aroma yang Mengacaukan Segalanya
"Sejin, aroma parfummu menyengat," tegur Wooseok saat keduanya berjalan sepulang dari eskul berenang, "parfum apaan sih kamu pakai? Aromanya kayak di hutan gitu."
"Hah?" Sejin justru menatap Wooseok, heran. "Gue kalau pakai parfum pasti aroma jeruk atau aroma setelah hujan, mana mungkin ganti ke aroma hutan."
Wooseok mendengarnya hanya terdiam, tetapi di kepalanya mendadak melintas pelajaran biologi tentang alpha, beta dan omega. Spesifikasinya tentang beta yang bergeser menjadi beta ke alpha atau beta ke omega. Wooseok berharap bisa mengabaikan aroma yang diciumnya semakin menguat dan membuat kepalanya pusing dan perutnya bergejolak.
"Wooseok!" teriakan Sejian adalah hal terakhir yang diingatnya sebelum pandangannya menggelap.
Tidak tahu meninggalkan Sejin dengan kepanikan dan lelaki yang baru berpapasan dengan mereka, menoleh. Menghampiri Sejin dan bertanya, "temanmu kenapa? Apa perlu kita ke rumah sakit?"
"Gatau," Sejin panik dan melihat jalanan di sekitar mereka yang lengang membuatnya semakin panik, "bentar, gue cari taksi di aplikasi dulu."
"Gue anterin aja," lelaki itu menggendong Wooseok dan menatap Sejin, "lo kejar gue naik bis atau apalah ke rumah sakit terdekat."
Belum juga Sejin bereaksi, lelaki itu sudah mulai berlari membawa Wooseok. Membuat Sejin refleks ikut berlari, meski semakin lambat jarak mereka semakin menjauh dan Sejin berhenti mengejar karena menyetop taksi yang kebetulan lewat dan memaksa supir untuk mengikuti lelaki asing yang berlari membawa Wooseok.
"Di mana ... di mana dokter yang bertugas?!" lelaki itu terengah saat sampai di UGD dan membuat pandangan semua orang tertuju kepadanya. "Temanku pingsan, tolong dia!"
"Mari ikut saya," seorang perawat menghampiri lelaki itu dan membuatnya mengikuti langkahnya menuju sebuah tempat tidur, "apa yang terjadi hingga dia bisa pingsan?"
"Tidak tahu," lelaki itu berhasil menguasai napasnya agar bisa bernapas dengan normal, "saat saya berpapasan dengannya, dia pingsan."
Tidak berapa lama kemudian, dokter datang dengan seorang perawat lainnya. Namun, setelah selesai menanyakan informasi dasar Wooseok (yang untung saja dia menggunakan seragam sehingga bisa menyebutkan namanya dengan benar dan di sakunya ada card holder yang memuat kartu pelajarnya) dan membuat lelaki itu mengurus administrasi dengan mudah. Hanya saja, dokter yang tadi mengurus Wooseok, menghampirinya dengan dua lembar kertas resep.
"Kamu tengah rut, bukan?" tanyanya yang membuat lelaki itu terdiam. "Saya meresepkan scene blocker untukmu dan saya berharap temanmu bukan pingsan karena mencium aromamu saat rut."
Lelaki itu memutuskan untuk menebus obat dan saat kembali ke ranjang di mana orang asing yang diakuinya sebagai temannya pada dokter sudah siuman. Tatapan keduanya bertemu dan pandangan sayu itu justru membuat jantungnya berdebar tidak karuan.
"Eum ... hai. Tadi gue nolong lo karena pingsan," lelaki itu tampak canggung, "lo gak apa-apa? Kata dokter sih lo cuma kecapean aja."
"Iya, gapapa," Wooseok tersenyum, meski tahu dirinya tidak akan pernah baik-baik saja setelah ini, karena semua impiannya hancur dan harus menyusun ulang impiannya, "makasih ya ... aku harus manggil siapa?"
"Jinhyuk, Lee Jinhyuk."
"Alpha ya?" Pertanyaan aneh yang membuat Jinhyuk terkejut, sementara Sejin entah berada di mana saat seperti ini. "Sorry, cuma nebak aja."
"Hahaha...," Jinhyuk tertawa dan Wooseok tidak tahu di mana perkataanya yang lucu, "tahu gak? Lo satu-satunya beta yang bisa menebak gue adalah alpha. Semua beta yang gue kenal selalu mengira gue adalah bagian dari mereka."
Wooseok hanya tersenyum, karena lelaki itu hanya tidak tahu kenyataanya saja.
Bahwa Wooseok adalah beta yang bisa mencium aroma alpha saat berpapasan dengannya. Spesifikasinya, selama sisa hidupnya nanti, hanya 1 aroma alpha yang bisa diciumnya meski di kerumunan alpha lain sekali pun.
Karena pada dasarnya, beta tidak akan pernah bisa mencium aroma alpha atau omega. Kecuali beta di dalam diri mereka adalah beta ke alpha atau beta ke omega.
"Eh, ngomong-ngomong nama lo siapa?" tanya Jinhyuk yang merasa bodoh, karena dia sudah tahu. Namun, anggap saja dia sedang mengajak berkenalan dengan lebih natural.
"Wooseok. Kim Wooseok."
Obrolan mereka terputus karena Sejin datang dengan napas terengah. Ketiganya mengobrol singkat sebelum Jinhyuk memutuskan untuk pamit dan memberikan obat yang sudah ditebusnya kepada Sejin.
"Seok, lo pingsan kenapa?" tanya Sejin menatap khawatir. "Apa karena tadi pas latihan lo di forsir banget sama pelatih karena mau dekat lomba?"
Wooseok hanya menjawab dengan senyuman, karena tidak mau memberitahukan bahwa dirinya sudah bukan beta murni. Bahwa penyebabnya pingsan adalah lelaki yang bernama Lee Jinhyuk yang menolongnya tadi, tepatnya karena Wooseok mencium aromanya yang seperti tersesat di hutan itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment