Hari Pertunangan di Malam Minggu
Malam minggu biasanya digunakan oleh pasangan untuk berkencan setelah dari Senin sampai Jum'at bekerja keras di kantor atau mungkin belajar dengan giat di sekolah atau pun kampus. Namun, Seungyoun memutuskan hari pertunangannya dengan Jinhyuk dilaksanakan pada hari tersebut.
Meski membuatnya memanen tatapan tidak suka dari Yuvin (padahal sudah sengaja Seungyoun aturkan satu meja dengan Kookheon). Teman-temannya Jinhyuk juga Seungyoun satu mejakan (yang ternyata hanya beberapa, padahal di list follower Twitternya sampai dua ratusan lebih) dan cincin tunangannya sudah jadi tadi siang.
Seungyoun sengaja membuat Sejun harus menggeser semua deadline pelanggan lainnya dengan membayar 3 kali lipat agar cincinnya jadi tadi siang. Batu lamimar untungnya Jinhyuk punya beberapa sehingga tidak perlu membuat Sejun pusing harus melewati birokrasi yang merepotkan kalau harus mengimpor batuan tersebut.
Sebenarnya, kedua orang tua (baik orang tua Seungyoun dan orang tua Jinhyuk) tidak percaya bahwa mereka mau melanjutkan ini. Seungyoun sampai kesal sendiri karena kenapa para orang tua ini malah memberikan reaksi seperti itu, padahal yang awalnya menjodohkan jelas-jelas mereka.
"Ahem ... saya ulang," suara orang yang menjadi pengucap janji (yang terdengar seperti ucapan janji nikah) membuat lamunan Seungyoun tersadar dari lamunannya, "saudara Cho Seungyou, apa anda bersedia bersama saudara Lee Jinhyuk dalam susah mau pun senang?"
Seungyoun menjawab dengan mantap. "Saya bersedia."
"Bagaimana dengan saudara Lee Jinhyuk? Apa anda bersedia bersama saudara Cho Seungyoun dalam susah mau pun senang?"
"Saya bersedia."
"Dengan ini, pertunangan antara saudara Cho Seungyoun dan saudara Lee Jinhyuk telah sah dan disaksikan oleh semua orang yang ada di sini sebagai saksinya." Ucap lelaki tersebut, lalu mengambil jeda untuk menatap Seungyoun dan Jinhyuk. Juga karena menunggu orang yang membawa baki cincin pertunangan sampai di antara mereka. Begitu sampai, lelaki itu melanjutkan perkataanya. "Silahkan kepada saudara Cho Seungyoun memasangkan cincin kepada saudara Lee Jinhyuk."
Seungyoun mengambil cincin yang diperuntukkan kepada Jinhyuk dan di dalam cincin itu ada inisial namanya, CSY. Mengambil sebelah tangan Jinhyuk dan memasangkannya di jari manisnya. Begitu selesai, lelaki yang menjadi pengucap janji meminta Jinhyuk untum melakukan hal yang sama, memasangkan cincin kepada Seungyoun yang ada inisial namanya di dalamnya, LJH.
"Kepada saudara yang berbahagia, silahkan mencium pasangannya."
Seungyoun mematung mendengarnya. Dia memang terbiasa mencium banyak orang (baik yang dikenalnya sebagai pacar yang umurnya tidak lebih dari seumur kecambah sampai orang asing yang ditemuinya di kelab malam), tetapi mencium Jinhyuk di depan umum begini bukanlah hal yang diperkirakannya.
Sementara Jinhyuk yang ingin segera acara ini selesai, akhirnya mengambil inisiatif untuk maju dan mencium Seungyoun. Tadinya Jinhyuk hanya ingin melakukan ciuman singkat seperti di kamar waktu itu, tetapi Seungyoun tidak melepaskannya dan malah memperdalam ciuman mereka, seolah lupa kalau mereka berada di depan umum.
"Puhlease, gue kemari bukan demi menonton orang cipokan." Gerutu Byungchan dan melirik Sejin. "Jin, abis ini lo free gak? Ayo kita cari keributran jedak-jeduk di Senopati."
Sejin mendengarnya hanya tertawa, tidak menyadari ada tatapan intens yang ditunjukkan kepadanya dari Wooseok. Sementara Seungsik yang berada di meja itu hanya bisa memutar matanya dan memilih merespon obrolan basa-basi yang diinisiasi oleh Hangyul. Meski dia malah memanen tatapan tidak menyenangkan dari lelaki yang kata Hangyul adalah asistennya di kampus, Yohan.
Menurut Seungsik, harusnya Seungwoo melihat sendiri bahwa lelaki yang selama ini dia sebutkan dalam mimpinya memilih lelaki lain. Namun, salahkan kantor Seungwoo yang sialnya mengirim suaminya itu ke Maluku sana untuk mengecek beberapa hal di lapangan dan bukan menemaninya di sebelah kursi kosong yang diperuntukkan untuk lelaki itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment