Seungwoo menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan saat melihat Byungchan di depan pintu apartemennya. Ini jam 12 siang dan hal terakhir yang diinginkannya adalah bertemu dengan lelaki itu. Namun, kenyataanya dia berada di sini dan Seungwoo tidak ingin mempersilahkan Byungchan masuk ke teritori privatnya.
"Kebiasaanmu tidur mati tidak berubah ya." Byungchan tertawa pelan dan Seungwoo tidak tersenyum sedikit pun. Sadar jika Seungwoo tidak bisa diajak bercanda, Byungchan menghela napas. "Kenapa sejahat itu kepadaku? Apa tidak bisa memberikanku kesempatan kedua?"
"Saya sudah lebih dari ratusan kali memberikanmu kesempatan selama lima tahun kita bersama," Seungwoo akhirnya berbicara dan menutup pintu apartemennya. Ia tadinya ingin berbelanja, tetapi situasi hatinya kacau melihat Byungchan, "dan saya tidak bodoh untuk tahu tujuanmu mendekat kembali untuk kita kembali bersama."
"Apa salah aku ingin kita bersama?"
"Saya tidak mencintai kamu lagi."
"Bohong!" Byungchan memegang kedua lengan Seungwoo dan menatapnya. "Lima tahun apa bisa dibuang semudah itu? Bukannya waktu itu kita hanya break?!"
Seungwoo menepis tangan Byungchan dan berjalan menuju lift. Ia tidak mempedulikan rancauan lelaki itu, sampai langkahnya terhenti. Bukan karena sudah berada di depan lift, tetapi karena nama Minhee diseret dalam percakapan ini. Membalikkan badannya dan menatap Byungchan dengan wajah datarnya, pertanda Seungwoo sedang marah besar.
"Diam." Seungwoo mengatakannya dengan suara rendah. "Saya tidak peduli kamu mengatakan hal jelek tentang saya, tapi tidak akan diam jika kamu mengatakan hal buruk dengan Minhee."
"Tapi memang kenyataanya dia aneh. Suka melihat perempuan menyanyi dan berpakaian sexy, apa yakin dia tidak memanfaatkan...."
"BYUNGCHAN!"
Suara Seungwoo bergema di lorong apartemen dan membuat lelaki itu terdiam. Wajahnya terlihat kaget sekaligus takut dengan responnya Seungwoo. Karena dia belum pernah selama kenal dengan Seungwoo melihat lelaki itu berteriak semarah tadi.
Ini kali pertama dan itu hanya karena seorang lelaki yang tidak jelas apa benar-benar mencintai Seungwoo atau hanya memanfaatkan hartanya.
"Saya akan keluar dari pekerjaan," Seungwoo akhirnya memberikan keputusan final, "kalau kamu pikir mengejar saya sampai ke pekerjaan yang saya cintai bisa membuat kita kembali, kamu salah besar."
"Tapi...."
"Karena meski saya mencintai buku dan uang, Minhee adalah prioritas teratas saya." Seungwoo tidak peduli sekarang wajah Byungchan tengah menahan tangis. Wajah yang dulu mampu menahannya untuk memutuskan lelaki itu selama rentang waktu lima tahun mereka berpacaran, nyatanya hari ini tidak memberikan efek apa pun. "Kamu bukan prioritas saya lagi. Kamu adalah masa lalu saya dan itu mutlak."
Seungwoo berbalik dan kembali berjalan menuju lift. Saat masuk dan menunggu pintu lift tertutup, ia bisa melihat Byungchan menangis. Dulu, tangisan lelaki itu membuat Seungwoo merasa gagal menjadi orang yang menyayanginya. Sekarang, tangisan itu seolah tidak ada artinya dan saat pintu tertutup, Seungwoo mengambil HP-nya. Melihat ada pesan dari Minhee dan tersenyum karena dikirimi foto bersama Dohyon.
Minhee:
Katanya dia kangen dengan lelaki tampan yang menjadi temanku
So mister, are you free today?
Katanya dia kangen dengan lelaki tampan yang menjadi temanku
So mister, are you free today?
Seungwoo:
From now, anytime for you, Minhee
From now, anytime for you, Minhee
Minhee:
Hah?
Hah?
Seungwoo:
Saya memutuskan berhenti
Saya lelah kita terus LDR
Saya akan kembali mengurusi bisnis percetakan buku
Saya memutuskan berhenti
Saya lelah kita terus LDR
Saya akan kembali mengurusi bisnis percetakan buku
Dan kemudian, Minhee memutuskan untuk menelepon Seungwoo yang membuatnya tersenyum karena tahu lelaki itu pasti akan menanyakan rentetan pertanyaan tentang alasan berhenti.
No comments
Post a Comment