Content Warning:
Unrequited love. Hurt, no comfort. One-sided love. Inspired by J.Sheon - You'll Never Know.
Unrequited love. Hurt, no comfort. One-sided love. Inspired by J.Sheon - You'll Never Know.
Setiap orang punya
alasannya untuk memilih jalannya. Termasuk Chan yang memutuskan untuk
menyendiri daripada menjalin hubungan dengan seseorang yang bukan
dipilih oleh hatinya. Karena mengetahui menjadi pengganti seseorang
karena tidak bisa bersama orang tersebut pasti menyakitkan. Lebih baik
Chan yang merasakan sakit itu sendirian, tidak perlu membawa orang lain
yang tidak tahu apa pun, ikut merasakan sakitnya karena tidak memahami
situasinya.
Kadang kala, Changbin
merasa kasihan melihat Chan yang tersenyum, menguatkan Minho bahwa
semuanya akan kembali baik seperti sedia kala dan orang yang mengatakan
hal itu adalah pembohong paling ulung sehingga semua orang percaya
dengan hal tersebut.
Ralat, hampir semua orang.
Changbin dan Felix jelas
tahu bahwa Chan terlalu banyak membangun kebohongan tentang Minho. Itu
membuat mereka berdua sejujurnya kesal sendiri dan bukan sekali Changbin
atau Felix memberitahukan Chan tentang hal ini, hanya untuk mendapatkan
jawaban tawa. Seolah tawa menyelesaikan segalanya, tetapi nyatanya
tidak ada yang selesai dari sisi Chan atau pun dari sisi Changbin.
"Hyung, kamu
kenapa semenyebalkan ini?" Changbin akhirnya tidak tahan untuk
mengatakan apa yang dipikirannya selama ini, saat mereka hanya berdua di
studio. Kesempatan yang langka, karena biasanya ada orang ketiga—alias
Jisung—dan akan merepotkan untuk menjelaskan ulang kepada orang yang
kepekaannya mendekati nol tentang yang terjadi selama ini. "Jangan
tertawa, aku muak melihatnya." Protesan Changbin membuat Chan berhenti
tertawa, tetapi tetap tidak menghilangkan cerianya karena memilih untuk
tersenyum.
Hal yang justru membuat
Changbin semakin kesal sendiri. Karena apa tidak bisa sekali pun Chan
menampilkan emosi yang sebenarnya dia rasakan kepada mereka?
"Apa kamu tengah
bertengkar dengan Felix karena aku?" Chan bertanya, masih tetap
tersenyum dan rasanya Changbin belum pernah dalam hidupnya selama ini
memi;iki dorongan yang sangat besar untuk memukul seseorang.
Namun, kali ini rasanya Changbin ingin melakukannya untuk membuat Chan sadar bahwa dia bisa berhenti dan memilih cara yang lain.
"Mau sampai kapan menipu semua orang dengan ekspresi itu?"
"Kamu tahu, aku bisa
memberikan dunia kepadanya," tanpa sadar Chan tersenyum dan Changbin
melihatnya dengan prihatin, "tetapi aku tidak bisa. Aku tidak punya hak
untuk mengintervensi hubungan mereka."
"Kalau tahu, kenapa tidak berhenti?"
"Aku tidak bisa." Chan
menggeleng dan Changbin tahu sebenarnya jawaban yang akan di dengarnya.
Sejujurnya, itu memuakkan. "Pernah tidak kamu merasakan kalau dia adalah
orangnya? Orang yang selama ini kamu cari dan semua ada pada dirinya
adalah yang kamu inginkan, tetapi nyatanya aku kalah pada hal bernama
kesempatan."
"Tidak." Sebenarnya Changbin ingin bilang bahwa tidak salah lagi, karena itu juga terjadi kepadanya. "Kalau aku jadi hyung,
aku akan maju memperjuangkannya. Persetanan dia bersama orang lain dan
dia memutuskan untuk tetap setia dengan pasangannya padahal menurutmu
bisa menjadi lebih baik darinya."
Di titik ini, sebenarnya yang menyedihkan itu siapa sebenarnya? Chan atau Changbin?
Atau sebenarnya mereka
berdua adalah sama-sama orang yang menyedihkan karena menatap orang yang
nyatanya tidak melihat balik seperti yang dilakukannya.
"Changbin, aku tidak berniat untuk menjadi perusak hubungan seseorang."
"Seperti kataku, hyung,
persetanan dengan hubungannya bersama orang lain." Changbin mendengkus
dan memutuskan untuk mencari-cari kesibukan di ponselnya untuk
mengalihkan rasa sesak yang dirasakannya. "Karena untuk apa berdiri di
belakang sebagai penopang yang hanya dilihat jika terjadi sesuatu yang
buruk terjadi kepadanya kalau kamu bisa berada di sampingnya, hyung?"
Changbin tidak mendengar
apa pun dari Chan dan dia tidak ingin mendongak untuk melihat ekspresi
lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu. Meski sebenarnya Changbin
tahu ekspresi apa yang tengah Chan tampilkan, tetapi lebih baik dia
tidak melihatnya. Untuk kebaikannya sendiri, untuk membuat hatinya tidak
semakin berserakan tanpa tahu caranya Changbin mengembalikan secara
utuh seperti semula.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak melakukan perkataanmu barusan kepada Felix?"
Changbin melengos dan
Chan tertawa sebagai jawabannya. Tanpa tahu bahwa apa yang Chan dan
Changbin ketahui itu benar-benar dua fakta yang mengalami deviasi.