Penyesalan Memilih Judul Skripsi
"Makanya pas daftar itu dipikir dulu dosennya bakalan dapat siapa? Udah macam ini mau nyesel rasanya percuma." Komentar Sejun tidak membantu bagi Seungyoun. Justru sekarang dalam hati dia mengumpat Yury yang tidak bilang kepadanya kalau mulai semester ini akan pindah ke Vietnam. Padahal Seungyoun sudah memberikan sajen kepada dosennya sekaligus tetangganya di Jakarta sana. "Kalau kayak gini berlaku gak sih penyesalan itu di akhir dan kalau penyesalan di awal namanya pendaftaran? Lah lo sendiri mendaftarkan diri buat penyesalan secara sukarela."
"Diem, asu!"
"Lah apaan?!" Sejun tidak terima dimaki oleh Seungyoun. "Aku cuma ngomong fakta ya ke kamu, malah dikatain. Untung Lea gak di sini, kalo gak abis dijitak karena berkata kasar."
Seungyoun rasanya ingin menarik judul skripsinya. Namun, kalau itu dilakukannya sama saja membuatnya harus kehilangan uang semesterannya, lulus telat dan harus mengulang mengambil data di perusahaan selama 3 bulan. Sia-sia usaha kerasnya saat semester 7 yang kerja praktek di perusahaan sekaligus untuk mencari data untuk skripsinya.
"Kenapa sih gue dapat kombo neraka? Udah mas Seungwoo itu nyebelinnya bukan main, mas Seungsik sensian sama gue dan skripsi gue itu jarang yang bahas."
"Ya lo juga kepinteran milih tema," Sejun berkomentar dan membuka kaleng sodanya. Sedang bertaubat dari minuman bir karena sedang skripsi, nanti hidupnya dipersulit oleh dunia kalau bikin orang lain sebal dengannya, "udah tahu overpressure itu jarang dibahas, harusnya mikir dong lo itu emang bagiannya dua orang itu di kantor. Beneran kan lo ditekan di titik maksimal dengan kombo neraka?"
"Tapi bang Yury udah janji mau jadi dosbing utama gue! Napa pas injury time malah ganti ke mas Seungwoo?!"
"Dikata ini main bola sampe pake injury time?" Sejun memutar matanya. "Udah tahu di dunia ini yang bisa dipegang cuma duit, percaya aja sama omongan orang. Makan tuh omongan orang."
"Lo dari tadi bacot mulu macam bebek. Kasih solusi kek, bangsat!"
"Aku tahu kamu udah mikir solusinya, tapi cuma butuh kepastian aja. Bebas sih mau melakukannya apa enggak, udah gede juga masa hidup keputusannya ikutin kata orang?"
"Kok minta digampar ya lo?"
"Lah kamu cewek apa? Salah mulu aku di matamu."
Seungyoun melempar bantal ke kepala Sejun yang tentu saja dibalas lelaki itu dengan dipukulkan bantal ke kepalanya. Sayangnya, adegan itu dilihat oleh Lea yang baru pulang membeli kebab.
"Ejun kamu kenapa nimpuk Uyon?!" Lea segera menghampiri dan memukul lengan Sejun dengan tenaga penuh. "Udah dibilang gak boleh ada kekerasan di depan mataku!"
"Aku dipukul olehmu itu apa juga bukan kekerasan?!" Sejun protes. "Lagian yang mulai duluan si rese ini! Aku cuma bales."
"Uyon mana mungkin mulai duluan, kamu kalau mulai duluan bisa dipercaya."
"Kok gitu?! Temenan dari SMA itu aku loh, tapi kok kamu malah lebih bela Uyon?! Apa arti persahabatan kita selama ini Lea?"
"Kamu jadi ATM aku buat beli fanbook humu sih."
"Anjis!"
"Jangan ngomong kasar, Ejun!!"
Seungyoun hanya bisa tersenyum penuh kemenangan melihat Sejun yang diomeli oleh Lea. Memang biasanya yang memulai perkara adalah Sejun, tapi kali ini yang dikatakan oleh lelaki itu kenyataanya. Sayangnya Lea sepertinya sudah tidak percaya kalau temannya tukang rusuh ini yang dizolimi duluan oleh Seungyoun karena memberikan jawaban yang menyebalkan untuknya.
Meski ... ya memang benar sih semua yang dikatakan oleh Sejun.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment