Mari Ucapkan Terima Kasih Pada Choki-Choki
Wooseok duduk di belakang pengemudi ojek online yang dipesannya sembari memeluk sekardus yupi rasa stroberi. Sengaja membelinya di supermarket mall tempatnya bekerja karena malas mampir kalau sudah naik ojek. Pikirannya kembali ke momen tadi bertemu dengan lelaki muda yang menggunakan setelan jas berwarna abu-abu gelap. Tiba-tiba saja menghampirinya dan mengajaknya mengobrol. Padahal Wooseok sudah memberikan wajah galak yang seharusnya sudah jelas dirinya tidak mau diajak berbicara.
Karena jarak mall tempatnya bekerja dengan kantornya Doyoung cukup jauh, setengah jam kemudian baru sampai. Wooseok memberikan tambahan uang kepada pengemudi ojek online yang mengantarnya dan mendapatkan banyak ucapan terima kasih. Bukannya apa, Wooseok tahu rasanya bekerja di front liner dan menghadapi banyak orang dengan berbagai kepribadian. Jadi memberi sedikit tidaklah apa-apa bagi Wooseok.
Dia duduk di salah satu kursi yang disediakan di lobi PDX. Beberapa kali Wooseok mendapatkan pandangan ingin tahu dari orang-orang yang lewat, mungkin karena heran dengan lelaki menggunakan kemeja ungu, dasi serta celana hitam duduk di lobi sembari memainkan HP. Wooseok tidak menyangkal kalo warna kemejanya itu pasti akan menarik perhatian orang-orang dari jauh sekali pun. Mungkin memang itu tujuan perusahaannya memilih warna ungu, Wooseok juga tidak mau ambil pusing sebenarnya.
"Beneran dong dibeliin sekardus," suara itu membuat Wooseok mengalihkan pandangan dari HP-nya dan Doyoung sudah berada di depannya. Di pundaknya ada tali ransel, tetapi hanya bagian kiri yang tersampir tali ransel. Wooseok hanya melengos dan Doyoung mengambil kardus yupi yang memang diperuntukkan untuknya, "mau langsung pulang atau jemput Seje?"
"Jadi nyamuk lagi gue," sahut Wooseok yang membuat Doyoung tertawa, "yaudah ayo jemput dia. Gue tadi WA katanya dia bakalan lama di toko soalnya bantuin stocking yang punya toko."
"Gaslah."
Wooseok berdiri dari kursinya dan melangkah di samping Doyoung. Tidak tahu kalau dari kejauhan ada Jinhyuk yang menatapnya dan Sejin di samping lelaki itu menepuk pelan punggungnya.
"Sabar ya, dia kemari ternyata bukan buat lo," Sejin masih menepuk-nepuk pelan punggung Jinhyuk, "seengaknya udah ada perkembangan lo ketemu sama dia dan berinteraksi, meski digalakin."
"Sejin, salah gak sih gue merasa sebal lihat dia sama anak IT itu dekat?"
"Gak salah sih, tapi ya lo gapunya hak juga buat melarang," Sejin menyahut dan melirik apple watch di tangan kirinya, "lama bener si oren ya ampun. Ngeberesin tas apa ngeberesin masa depan?"
Jinhyuk hanya menggelengkan kepalanya mendengar gerutuan Sejin itu. Tidak lama kemudian, Seungwoo dan Byungchan bergabung dengan mereka. Masih tetap menunggu Seungyoun karena mereka janjian makan malam bersama meski tidak dalam rangka apa pun. Soalnya hanya hari ini waktu yang mereka semua bisa hadir.
"Lama bener lo, anjir!" makian Sejin itu membuat lamunan Jinhyuk buyar dan yang dimaki hanya bisa tertawa.
"Sorry ... sorry, anak magang konsul sama gue makanya lama."
"Modus aja lo, heran," komentar Sejin yang hanya direspon tawa oleh Seungyoun. Membuat Jinhyuk, Seungwoo dan Byungchan hanya menggelengkan kepalanya, karena Sejin ketara sekali sebal dengan Seungyoun, padahal dia sendiri kalau didekati juga pura-pura tidak peduli. Heran dengan kisah dua orang ini maunya sebenarnya seperti apaan. Kemudian Sejin melengos sembari menatao Seungyoun, "kalau mobil gue gak masuk bengkel aja, udah gue tinggal lo."
"Iya bos iya, gue salah."
Namun, sepertinya memang Jinhyuk harus bertemu dengan Wooseok lagi atau bagaimana, karena saat sampai di restoran yang mereka pilih untuk makan malam, ada lelaki itu dan Doyoung. Wooseok sibuk HP-nya, sementara Doyoung entah tengah mengunyah apa. Jinhyuk ingin menyapa, tetapi tidak lama kemudian ada perempuan yang menghampiri meja dua orang itu, menghalangi Jinhyuk untuk melihat Wooseok.
"Matanya tolong jangan segitunya buat dipake melihat," tegur Byungchan yang membuat Jinhyuk menatap lelaki yang paling muda di antara mereka, "biasa aja bang lihatnya. Lo lihat kayak nge-gap pacar selingkuh."
"Gue lihatnya biasa aja?"
"Tanya deh sama semua yang di meja ini, gimana lo natapnya, bang," Byungchan kemudian mengangkat bahunya, "ya kalo gak percaya kata gue yaudah, tapi lo cepetan milih menunya dong, bang! Gue udah laper banget ini dan tinggal lo doang yang belum milih."
Jinhyuk mendengarnya hanya bisa tersenyum, meski ekspresinya merasa sebal. "Iya ... iya, maaf."
Setelah menyebutkan yang ingin dimakannya dari berbagai menu yang ada, Jinhyuk kembali menatap meja yang ada Wooseok, Doyoung serta perempuan yang tidak dikenalnya. Tetap saja Wooseok tidak bisa terlihat karena terhalang oleh perempuan yang memunggungi Jinhyuk, membuatnya hanya bisa menghela napas panjang.
Jinhyuk berusaha untuk mengabaikan Wooseok dan terlibat dengan pembicaraan tidak jelas teman-temannya, tetapi yang terjadi adalah matanya selalu mencuri pandang ke meja lain. Mencoba menajamkan telinga untuk mendengar suara di meja sana, meski sia-sia karena mejanya cukup ribut suara Sejin yang berdebat dengan Seungyoun dengan dikompori oleh Byungchan agar keduanya semakin ribut.
Saat akhirnya perempuan yang menghalangi pandangan Jinhyuk akhirnya berdiri dari tempatnya, ternyata Wooseok serta Doyoung juga melakukan hal yang sama. Jinhyuk melihat perempuan yang sejak tadi menghalangi pandangan Jinhyuk dengan entengnya menggandeng Wooseok, meski lelaki itu tampak tidak peduli. Melewati mejanya Jinhyuk tanpa peduli sekitar, sementara Doyoung yang berjalan di belakang keduanya, sempat melirik mejanya dan memberikan senyuman (yang di mata Jinhyuk terlihat menyebalkan).
Sepanjang sisa waktunya bersama yang lain, Jinhyuk menjadi lebih diam dari biasanya. Membuat Byungchan serta Seungyoun mengejek Jinhyuk. Sementara Sejin hanya menggelengkan kepala dan Seungwoo tumben sekali berkomentar, "cemburu itu wajar, tapi ingat kalau gak punya hak."
Kalau ada yang dibilang untung, setelah berpisah dengan keempat temannya, Jinhyuk bisa langsung pulang. Byungchan yang biasanya selalu minta diantarkan pulang oleh Jinhyuk, hari ini tumben sekali tidak menolak diantarkan oleh Seungwoo. Jinhyuk tidak begitu mau tahu apakah Byungchan akhirnya sadar kalau Seungwoo menaruh rasa kepadanya atau memang murni lelaki itu bosan diantar olehnya.
"Komuk gak usah cemberut gitu. Salah siapa pas beliin gue yupi gak sekalian beli choki-choki?" suara itu membuat Jinhyuk yang tengah menunggu lift, menoleh. Melihat Doyoung tengah memeluk kotak yang ada tulisan yupi, sementara Wooseok berjalan di sebelahnya dengan wajah kesal. "Udah, besok aja belinya, gak usah kayak orang susah gitu."
"Ya guenya mau sekarang."
"Ya napa tadi kaga beli sekalian, Ucok?"
"Tadi gak kepengen."
"Gojek aja udah, gak usah jadi orang susah."
"Nanti dibeliin satu bungkus isi lima itu, bukan sekotak!"
"Auklah, ribet amat jadi lo," Doyoung melengos dan saat pintu lift terbuka, melangkah masuk, lalu berbalik. Melihat Wooseok yang masih berada di luar dan begitu juga dengan Jinhyuk, "lo dua pada mau masuk lift kaga? Kalo gak, gue tutup nih."
Jinhyuk akhirnya masuk, kemudian Wooseok juga masuk meski masih tetap memasang wajah kesal. Jinhyuk tidak bisa menahan diri untuk melirik Wooseok yang tetap memandang ke depan. Ekspresi kesalnya itu tidak bisa membuat Jinhyuk berpikir kalau itu menggemaskan, tetap sama seperti yang diingatnya selama ini. Saat pintu lift terbuka karena telah sampai di lantai mereka, Doyoung dan Wooseok melangkah keluar.
Jinhyuk tetap tinggal di dalam dan kemudian saat pintu lift tertutup, dia kembali menekan lantai basement. Saat sampai di basement, Chaeyeon menelepon untuk bertanya kenapa dirinya belum pulang dan Jinhyuk menjawab, "bentar, ada yang kelupaan dibeli."
Padahal kalau Jinhyuk melakukan ini, belum tentu juga bakalan mendapatkan respon dari Wooseok. Namun, nyatanya Jinhyuk butuh waktu setengah jam untuk menemukan choki-choki satu kotak, bukan yang dibungkus dengan plastik isi 5. Meski saat perjalan pulang, Jinhyuk berpikir bagaimana cara memberikan kepada Wooseok tanpa membuat lelaki itu sebal kepadanya?
Menatap pintu apartemen di mana Wooseok tinggal dan tadinya Jinhyuk ingin menekan bel. Namun, pada akhirnya diurungkan niatnya dan setelah menatap HP yang menampilkan chat-nya bersama Wooseok, akhirnya dia mengirimkan pesan bahwa berada di depan pintu. Hanya dibaca dan tidak ada balasan, yang membuat Jinhyuk menghela napas.
Menyerah menunggu balasan dan memutuskan menekan bel pintu. Belum selesai suara bel berbunyi, pintu sudah terbuka dan Wooseok yang muncul. Menggunakan kaus hitam, celana coklat tua selutut dan menatap Jinhyuk tanpa ekspresi.
"Gak sabaran," itu kalimat pertama yang Jinhyuk dengar secara langsung setelah kejadian di lift PDX, memarahinya saat menegur lelaki itu, "ada apa?"
Jinhyuk yang akhirnya tersadar karena terlalu lama menatap Wooseok, menyerahkan sekotak choki-choki (yang perlu dengan drama didapatkannya karena harus bertengkar dengan anak kecil karena itu kotak terakhir di toko yang didatanginya). Wooseok menatap kotak itu, lalu menatap Jinhyuk, "buat kamu."
"Oh ... oke," Wooseok akhirnya menerima kotak choki-choki yang diberikan kepadanya, "harus bayar berapa?"
"Tidak usah, itu untuk kamu."
Wooseok tidak langsung merespon, menatap Jinhyuk cukup lama dan membuat jantung lelaki itu berdebar tidak karuan karena banyak hal. Berdebar karena terlalu merindukan Wooseok yang ada di depannya. Berdebar kalau-kalau dirinya dimarahi karena tidak mau menerima bayaran. Berdebar karena tidak tahu harus melakukan apa pada reaksi Wooseok yang tidak bisa dibayangkannya.
"Makasih," akhirnya Wooseok mengatakan sesuatu, tetapi yang tidak bisa membuat Jinhyuk merespon adalah lelaki itu tersenyum kepadanya, "selamat malam, Jinhyuk."
Pintu di depannya akhirnya tertutup, dengan Jinhyuk yang bahkan tidak bisa merespon ucapan selamat malam untuknya. Setelah akhirnya bisa memproses apa yang terjadi, Jinhyuk menutup matanya dengan sebelah tangannya sembari menunduk dan tidak bisa mengendalikan senyumannya.
Sementara Doyoung yang baru keluar dari kamarnya sembari mengeringkan rambut dengan handuk, mengangkat sebelah alisnya karena melihat Wooseok mendekap kotak choki-choki di sofa. Padahal tadi sebelum masuk kamar untuk mandi, Doyoung masih ingat kalau Wooseok berkeras tidak mau gojek.
"Berubah pikiran untuk gojek lo?" tanya Doyoung yang membuat Wooseok menatapnya.
"Gak," jawaban Wooseok itu membuat Doyoung mengkernyit, "tapi tadi ada yang WA gue buat keluar dan ngasih ini."
Doyoung mendengarnya hanya membeo, "oh," lalu teringat sesuatu, "itu medallion-nya apaan? Pikachu apa My Little Pony?"
"Penting amat itu ditanyakan?" suaranya saja yang terdengar tidak minat, tetapi kotak yang didekapannya akhirnya dipegang dan ternyata ada gambar My Little Pony. "My Little Pony nih, mau lo koleksi?"
"Kaga ah, itu kan dari butolnya lo. Disimpen aja buat bukti kenangan lo sama dia, lol," sahut Doyoung yang mendapatkan lemparan bantal sofa dari Wooseok. Tentu saja Doyoung dengan gesit menghindar dan berakhir mengenai tembok di belakangannya, "kurang-kurangi tsun lo ye padahal omongan gue emang kenyataannya."
"Shut up!"
Doyoung berjalan ke dapur untuk mengambil minuman, sementara Wooseok menatap kotak di tangannya dan menghela napas. Tentu saja membuatnya tersenyum sebentar, lalu memasang ekspresi seperti biasanya karena mendengar langkah Doyoung yang mendekatinya. Daripada mendengar ejekan lelaki itu, lebih baik bersikap biasa dan membuka kotaknya, untuk mengambil 1 choki-choki untuk dimakannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment