Pembicaraan Tengah Malam
Jinhyuk berusaha meredakan kegugupannya saat HP-nya menampilkan telpon masuk dari Wooseok. Jantungnya berdebar lebih cepat dari beberapa saat yang lalu dan dengan tangan sedikit gemetar, Jinhyuk menggeser ikon mengangkat telpon. Tidak ada suara Wooseok, tetapi Jinhyuk bisa mendengar suara halaman buku dibalik.
"Wooseok...?" panggil Jinhyuk tidak yakin.
"Kenapa belum tidur jam segini?" pertanyaan itu membuat Jinhyuk tanpa sadar tersenyum miris. Dia tidak mungkin bilang kalau alasannya adalah Wooseok, meski untuk malam ini alasannya sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya. Malam ini Jinhyuk terjaga karena..., "bodoh, kenapa yakin banget aku akan meneleponmu dan bukannya tidur?"
"Tapi kamu menelepon, Wooseok."
"Karena aku tadinya hanya mau memastikan kamu sudah tidur," ada helaan napas dan Jinhyuk bisa mendengar halaman buku yang tengah dibalik. Membuat Jinhyuk bertanya-tanya buku apa yang dibaca oleh Wooseok, "aku tidak perlu cerita alasanku masih terjaga, tapi kamu cerita alasanmu terjaga,"
"Kamu," Jinhyuk spontan mengatakan itu, lalu buru-buru menambahkan, "aku bilang akan terjaga untuk nemanin kamu sampai tidur."
Jinhyuk bisa mendengar helaan napas dan gumaman bodoh yang ditunjukkan kepadanya. Membuatnya tersenyum dan Jinhyuk mencari posisi berbaring. Menyalakan mode loudspeaker dan meletakkan HP-nya di sampingnya.
"Wooseok, kamu sedang apa sekarang?"
"Baca buku."
"Novel? Judulnya apa?"
"Bukan novel," ada jeda sejenak, "fanbook aku, Romantic Universe."
Jinhyuk mendengarnya tanpa sadar langsung berbalik untuk menghadap HP-nya. "Aku tidak ingat kamu punya fanbook judulnya Romantic Universe? Pakai penname Embroidered Starlight 'kan?"
"Aku cetak untuk diri sendiri. Pairingnya Sumjenn dan kalau kamu tidak tahu, Seungsik dan Jennie." Jawaban Wooseok itu membuat Jinhyuk hanya bisa bergumam oh. "Aku sudah berhenti menulis di Embroidered Starlight."
"Tapi masih menulis?" Jinhyuk tidak bisa menahan diri untuk bertanya, lalu teringat dengan Lunar di Twitter. "Kamu tahu tidak, Wooseok? Di Twitter ada akun RPS dan kalau kamu tidak tahu RPS, itu kepanjangan real person slash gitu. Balik ke RPS, ada yang gaya tulisannya mirip banget sama kamu, namanya Lunar."
"Oh ya?" Wooseok tidak terdengar heran atau terdiam beberapa saat, reaksi orang-orang kalau memang dirinya yang memiliki suatu akun Twitter yang ketahuan oleh teman di dunia nyata. "Memangnya si Lunar ini nulis apaan sampai kamu bilang tulisannya mirip denganku?"
"Dia nulis macam-macam sih, sama kayak kamu yang enggak bisa setia di satu kapal."
"Karena ada banyak dunia alternatif yang bisa dibuat dan membatasi diri untuk satu kapal rasanya aneh saja," Wooseok terdiam beberapa saat, lalu melanjutkan, "tapi aku heran mendengar kamu tahu istilah fanfiksi. Memangnya kamu masih tetap baca cerita?"
"Masih," Jinhyuk ragu mengatakan apa yang dipikirannya, tetapi kemudian dia tersenyum, "aku membaca banyak cerita dari berbagai akun Twitter untuk mencoba menemukanmu."
"Mencari orang kok lewat akun Twitter?"
"iya ya?" Jinhyuk tertawa pelan. "Kalau dipikirkan kembali, bodoh banget ya aku mencari kamu di dunia Twitter dan bukannya mencari di dunia nyata."
Wooseok tidak mengatakan apa pun, tetapi bunyi halaman yang dibalik bisa Jinhyuk dengar. Cukup lama keduanya tidak berbicara dan saat Jinhyuk ingin mengatakan sesuatu, suara Wooseok terdengar berdeham, lalu, "kamu mau aku bacakan Romantic Universe?"
"Memangnta tidak apa-apa?"
"Aku menawarkan, berarti sudah siap dengan semua resikonya."
"Termasuk besok pagi tenggorokanmu sakit?"
Wooseok tidak menjawab dan Jinhyuk pikir lelaki itu tidak melanjutkan niatnya. Namun, deheman yang didengar Jinhyuk dan kemudian suara, "aku akan mulai sebentar lagi. Cari posisi nyaman," yang membuatnya menurut.
"Udah."
"Aku gak pernah mendongeng, jadi kalo aneh, yaudah terima aja," perkataan Wooseok membuat Jinhyuk tersenyum dan melihat langit-langit kamarnya yang memantulkan cahaya dari lampu di atas nakas. Helaan napas Wooseok, kemudian terdengar, "Seungsik pikir, kelas kepenulisan yang dibukanya secara berkala ini hanya akan berlalu seperti hari-hari biasanya. Bertemu dengan orang-orang yang ingin belajar menulis fiksi atau malah modus kepadanya dan Seungwoo."
Jinhyuk berusaha untuk fokus mendengarkan cerita Wooseok, meski kepalanya sialnya malah membayangkan Seungwoo yang merupakan temannya. Beginilah nasib kalau punya nama seperti idol Korea, suka halunya malah jatuh ke orang-orang terdekat atau malah ke diri sendiri.
"Namun, hari itu Seungsik bertemu dengannya. Perempuan yang tampak tidak peduli terhadap sekelilingnya dan menarik perhatian Seungsik karena pakaiannya yang seperti hendak ke undangan pernikahan, terlihat mahal."
Mata Jinhyuk perlahan memberat, tetapi dia berusaha untuk tetap terjaga, Namun, entah mengapa hari itu Jinhyuk tidak bisa menahan matanya untuk tetap terbuka dan perlahan tidak mendengar suara apa pun. Tidak sadar kalau akhirnya mendengkur (tidak keras, tetapi biasanya Jinhyuk mendengkur kalau dia sudah lama tidak tidur) dan Wooseok tidak menghentikan membaca cerita hingga satu bab selesai.
"Hyuka bego," helaan napas Wooseok dan kemudian dia menguap cukup nyaring, "berhenti pikirin aku. Jangan bikin aku semakin membenci diriku sendiri."
Tentu tidak akan ada jawaban karena Jinhyuk kalau tertidur seperti orang mati, tidak akan mendengarkan suara yang ada meski yang paling nyaring sekali pun. Satu-satunya cara untuk membangunkan Jinhyuk kalau masih tertidur seperti ini adalah memercikkan air ke wajahnya atau melempar kucing ke mukanya.
"Selamat dini hari, Hyuka."
Sambungan telpon terputus dan Woosek di seberang sana meletakkan buku di atas nakas. HP-nya dihubungkan dengan kabel pengisi daya dan meletakkannya di atas buku yang ada di nakas. Memejamkan mata dan berharap saja tidak akan bermimpi hantu akibat menuruti keinginan Sejeong untuk menonton film hantu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment