Wooseok menyadari saat tiba di area, semua orang tampak sibuk berbenah. Bahkan hampir semua OB yang masuk pada shift pagi ini bisa dilihatnya tengah sibuk menyapu dan mengepel. Penasaran dengan apa yang terjadi, akhirnya Wooseok yang sudah selesai menata tetster di counter miliknya, mendatangi counter sebelah.
"Hyewon, gue boleh nanya?" Wooseok mencoba bertanya, tetapi dasarnya tidak bisa melihat perempuan kerepotan memajang sampel sendirian, akhirnya dia membantu juga. "Ini di susun di mana? Gue bantuin deh."
"Makasih ya kak," Hyewon menundukkan kepalanya, lalu tangannya mengambil kardus lainnya di laci, "tadi kakak nanya apa? Gue gak fokus jadi gak dengerin."
"Mau nanya. Ini kenapa semua orang pada lebih sibuk dari kemarin? Kayaknya kemaren biasa aja."
"Kakak gak tahu kalau pemilih mall bakalan datang hari ini?" pertanyaan Hyewon itu membuat Wooseok tidak menjawab. "Ah pasti si Minjoo lupa masukin kakak ke grup besar! Nanti gue marahin dia karena gak masukin kakak, padahal punya nomor kakak."
Wooseok tidak mengatakan apa pun setelah itu, karena dia membantu secepat yang dibisanya. Lalu saat selesai dengan kotaknya dan Hyewon juga selesai dengan kotaknya, perempuan itu berkata, "kak Wooseok, mendingan kakak bersihin testernya kakak. Soalnya pemilik mall ini agak OCD gitu. Kalau kotor sedikit aja, nanti managemen dimarahin dan imbas ke jam pulangnya kita."
"Oh, oke," Wooseok menyerahkan kotak kosong kepada Hyewon, "makasih infonya ya. Gue balik ke counter ya."
Setelah kembali ke wilayahnya, Wooseok membuka salah satu laci yang memang berisi peralatan membersihkan counter dan memutuskan untuk mengambil tisu basah. Mulai membersihkan tester liquid lipstic karena memang ini yang paling cepat kotor. Lalu dilanjutkan ke makeup lainnya dan setelah semuanya bersih, baru membersihkan estalase counter.
Saat Wooseok berbalik dari membersihkan estalase, dia sedikit tersentak karena terkejut ada orang di belakangnya. Orang yang kemarin mengajaknya mengobrol dan untung saja gerakan refleks Wooseok yang selalu mencoba melempar benda di tangannya kalau merasa terancam, tidak dilakukannya saat ini. Lelaki itu tersenyum kepada Wooseok yang membuatnya menyipitkan matanya.
"Halo, kita bertemu lagi ... Kim Wooseok," sapanya dan Wooseok tidak menatap lelaki itu, justru melirik ke arah lain dan melihat Hyewon, Minjoo serta beberapa perempuan yang merupakan bagian dari CNF tampak gugup. Wooseok kembali menatap lelaki itu saat mendengar deheman dan perkataan, "saya agak tersinggung kamu tidak menjawab sapaan tadi."
"Maaf pak, saya sepertinya masih loading karena terbangun terlalu pagi," Wooseok memaksa wajahnya untuk memasang ekspresi senyuman default yang biasa digunakannya untuk menghadapi pelanggan, "tapi bapak siapa ya kalau boleh tahu? Saya rasa pintu mall jam segini harusnya belum terbuka untuk umum."
Lelaki di depannya tertawa pelan dengan reaksi Wooseok dan dia sekarang merasa serba salah. Mau melanjutkan pembicaraan, tetapi kedua tangannya memegang kain lap serta cairan pembersih kaca yang tidak elok untuk dilihat. Namun, kalau Wooseok meletakkan peratan kebersihan yang dipakainya ini ke tempatnya, terasa tidak sopan meninggalkan lelaki di depannya.
Masih pagi padahal, tetapi Wooseok sudah disuruh untuk berpikir cukup rumit.
"Nama saya Hwang Minhyun," lelaki itu mengulurkan tangannya di depan Wooseok, membuat lelaki itu menatapnya karena tidak kunjung disambur, "kamu tidak mau bersalaman dengan saya?"
"Bukannya tidak mau pak, tapi tangan saya memegang ini dan baru mengelap sesuatu yang kotor."
"Saya tidak masalah," lelaki yang bernama Minhyun itu tetap tersenyum, "tidak masalah bukan kalau kita berkenalan secara formal?"
Wooseok hanya memasang senyuman dan sebelah tangannya yang tidak digunakan untuk bersalaman, memegang cairan pembersih serta kain lap. Tangan yang bisa digunakannya untuk menjabat tangan, akhirnya menyambut uluran lelaki itu dan merasa tangannya dicengkram cukup kuat. "Nama saya Kim Wooseok."
"Kamu orang baru di brand ini ya?"
"Iya pak, kantor mengirimkan kemari karena belum menemukan orang yang tepat untuk mengisi di sini," Wooseok tetap tersenyum, tetapi saat mencoba menarik tangannya, cengkramannya tidak dilepaskan, "maaf pak kalau saya tidak sopan, tetapi boleh tangannya dilepaskan?"
"Oh, maaf."
Wooseok tahu lelaki itu sengaja untuk berlama-lama memegang tangannya, tetapi tidak menemukan alasan mengapa dia melakukannya. Namun, Wooseok tahu lelaki di depannya ini pasti memiliki jabatan yang cukup tinggi karena situasi di sekitarnya tampak tegang dan saat melirik ke sembarang arah, dia bisa melihat managemen yang dianggapnya menyebalkan, tengah menatap dengan cemas.
"Wooseok," panggilan itu membuatnya menatap lelaki di depannya, "menurut kamu, bagaimana managemen mall ini?"
"Hah?" Wooseok tidak bisa menahan reaksinya, lalu dengan cepat menguasai keadaan. "I think it's okay in general."
"That's it?"
"Pardon?"
"Apa hanya itu yang kamu pikirkan?" tanya Minhyun sembari tersenyum. "Sepertinya saya yakin kamu punya banyak keluhan yang bisa disampaikan."
Wooseok tidak merespon, tetapi tetap tersenyum di depan Minhyun. Namun, kepalanya jadi mengingat kata Doyoung kalau rant di Twitter miliknya bisa dibaca oleh pihak mall dan membuat Wooseok berpikir apa lelaki ini membacanya? Namun, Wooseok yakin lelaki itu tidak tahu namanya sebelum hari ini, lantaran waktu pulang kerja selalu dia pastikan melepaskan name tag di bajunya.
"Saya pastikan kamu baik-baik saja jika jujur menyampaikan apa yang kamu rasakan selama berada di sini."
"Oh ya?" Wooseok tetap tersenyum meski sebenarnya respon spontannya tadi sarkastis. "Bagaimana saya yakin akan baik-baik saja kalau sebelum ini sudah diperingatkan oleh teman-teman CNF untuk tidak berbuat kesalahan di depan anda atau jam pulang kami yang tergadaikan?"
Minhyun sepertinya tidak menduga akan diberikan pertanyaan seperti itu oleh Wooseok, sementara lelaki itu melirik jam tangannya, lalu menatap lelaki di depannya. "Maaf kalau saya lancang, tetapi saya hendak mengembalikan apa yang ada di tangan ke dalam laci dan melakukan pembukuan penjualan. Permisi."
Wooseok berlalu dari hadapan Minhyun, membuka laci yang merupakan tempat penyimpanan peralatan kebersihan dan menguncinya. Lalu berjalan menuju laci yang sekaligus menjadi meja untuk menuliskan nota dan menyimpan semua kunci laci counter-nya. Membuka laci dan mengambil buku besar yang digunakan untuk pembukuan penjualan produk. Lalu sebelum menutup laci, dia melihat hand sanitizer dan mengambilnya. Menyemprotkan ke tangannya, lalu mengusap untuk membersihkan tangannya.
"Saya boleh minta itu?" suara Minhyun membuat Wooseok yang tadinya mau mengembalikan ke laci, mendongak menatap lelaki itu. "Tangan saya tadi berjabat tangan denganmu yang memegang kain kotor, jadi ya saya ingin memastikan kuman di tangan mati."
Wooseok tidak mengatakan apa pun, tetapi menyemprotkan hand sanitizer beberapa kali ke tangan Minhyun. Setelah kegiatan itu, Wooseok pikir dirinya bisa terbebas serta bisa berkegiatan lainnya, tetapi nyatanya Minhyun justru berkeliling di counter dan membuatnya kesal.
Apa tidak bisa harinya di mall ini tidak kesal untuk beberapa saat saja?
"Saya baru melihat ini," Minhyun mengambil contour, higlight dan blush yang berada pada 1 pallete. Membuat Wooseok menghentikan kegiatannya menulis, "ini apa, Wooseok?"
"Three in one palette, pak," Wooseok menjawab dan terpaksa mendekati Minhyun karena memaksa untuk membuka dengan cara yang salah, "ini contour, higlight dan blush yang berada pada 1 pallete. Bapak salah membukanya, harusnya seperti ini."
Wooseok memperagakan membuka palette yang tadi di buka Minhyun dan tidak berminat mengembalikan ke lelaki itu. "Bapak mau beli tidak? Ini produk best seller dari kami dan sering habis di tempat lainnya."
"Kamu bilang tadi ini belum jam operasional mall. Kenapa jadi berjualan kepada saya, Wooseok?"
"Prinsip saya, yang mampir kemari harus ditawari produk, meski pada akhirnya tidak membeli." Wooseok sadar Minhyun menatapnya sembari tersenyum (meski dia merasa senyumannya kali ini berbeda dari sebelumnya). "Orang-orang yang ke tempat saya jaga setidaknya tahu product knowlege agar kalau suatu saat membutuhkannya, mereka tahu harus beli ke mana."
"Hmm, good explanation." Minhyun menganggukkan kepalanya dan melirik jam tangannya. "Lima menit lagi mall akan buka, saya undur diri ya, Wooseok."
"Iya, pak Minhyun."
Wooseok tetap tersenyum dan saat merasa Minhyun menjauh, dia merasa lega. Meletakkan palette yang dipegangnya ke tempat asalnya, lalu saat berbalik malah melihat Minhyun kembali melangkah ke arahnya. Wooseok pikir Minhyun benar-benar ingin membeli palette yang ditawarinya secara basa-basi, bukan mendengar hal ini saat lelaki ini berada di depannya.
"Jam makan siang, ayo kita makan bersama."
"Apa?"
"Kalau kamu tidak tahu, grupmu punya keistimewaan untuk bisa makan di luar kantin saat jam makan siang," Wooseok bahkan tidak bisa memproses apa yang terjadi padanya saat ini. Lalu malah mendengar kalimat lainnya yang membuatnya mendadak pusing lantaran, "saya anggap diammu berarti setuju. Sampai berjumpa jam dua belas siang, Wooseok."
Setelah itu, Minhyun akhirnya pergi dari hadapan Wooseok. Setelah lelaki itu dan para managemen menghilang dari pandangannya Wooseok, dia memejamkan mata dan memijit pelipisnya. Lalu merasa tubuhnya diguncang dari dua sisi serta mendengar Hyewon serta Minjoo yang bertanya apa yang Wooseok obrolkan dengan Minhyun yang ternyata pemilik mall tempatnya bekerja.
Wooseok rasa hidupnya sekarang menjadi fanfic seperti One Night Lover pairing Seungzz buatannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment