Monday, April 6, 2020

Tentang Menyayangi



"Kak." Minhee lagi-lagi berbicara saat tengah makan dan itu adalah anomali. "Boleh jujur tidak soal Byungchan?"
"Sayang, dia lebih tua beberapa tahun darimu."
Minhee merengut. "Gamau manggil dia kakak, dia aja gak sopan sama aku."
Seungwoo tidak memprotes dan setelah menelan makanannya, dia bertanya, "mau ngomong jujur tentang apa?"
"Kakak kok bodoh ya dulu sampai pacaran 5 tahun dengannya?"
Seungwoo mendengarnya hanya tertawa canggung, karena terlalu sering mendengarkan hal itu. Saat mereka berpisah, hanya segelintir orang yang merasa sayang dengan lama hubungan dengan Byungchan. Kebanyakan teman-temannya malah merayakan kesendiriannya karena lelah sendiri dengan sikap Byungchan.
"Ya ... gitu."
"Kakak tuh ya, pintar di akademik, sayangnya bodoh di kehidupan bermasyarakat," kalau orang lain mendengar perkataan Minhee pasti akan marah, tetapi Seungwoo tidak karena yang dikatakan pacarnya itu memanglah kenyataan, "gak kebayang dulu kakak sebucin apa sampai bisa depresi pacaran dengan Byungchan."
"Setidaknya itu sudah berlalu," Seungwoo tersenyum dan menarik tisu untuk menyeka ujung bibir Minhee, "sekarang ada kamu di hidup saya dan bukan dia."
"Ah masa? Dia ada di tempat kerja kakak, loh." Minhee mengingatkan. "Lagipula dia gak profesional banget sih kak. Masa ngomongin masa lalu kalian di depan karyawan dan pelanggan?"
"Apa?"
"Masa dia cerita banyak hal dan aku harus motong demi menyelamatkan citra kalian berdua," jelas Minhee yang memutuskan minum, lalu melanjutkan, "asli kak dari caranya berbicara aja udah kelihatan dia cari perkara dan cari perhatian banget. Kenapa kakak bisa tahan sih dengannya?"
Seungwoo hanya bisa meringis mendengarnya, sementara Minhee melanjutkan makannya. Setelah selesai, dia menunggu Seungwoo karena mau mencuci piring kotornya mereka. Sekarang mereka ada di apartemen Seungwoo dan karena lelaki itu sudah memasak, maka Minhee tahu diri untuk mencuci peralatan makan.
"Minhee," panggil Seungwoo saat lelaki itu memunggunginya karena tengah mencuci di westafel, "kamu cemburu sama masa lalu kami?"
"Aku gak cemburu."
"Jadi kenapa kemarin saya lihat kamu terlalu banyak berkespresi di depan Byungchan?"
"Akting sebagai manusia normal yang terlihat seolah cemburu." Sahut Minhee seadanya dan menggosok sedikit lebih kuat pada bagian belakang panci yang dipakai Seungwoo memasak. "Padahal aku marah, kak."
"Karena masa lalu kami?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Aku marah karena dia menjatuhkan harga dirinya untuk mencoba mendapatkan kakak kembali." Minhee mulai menyalakan keran air dan membasuh peralatan makan yang sudah disabuninya. "Jatuh cinta itu memang pakai hati, tapi logika jangan lupa digunakan biar tidak terlihat bodoh. Makanya aku marah padanya karena dia membuat dirinya bodoh." 
Seungwoo kadang lupa, Minhee itu punya pola pikirnya tersendiri yang bagi orang lain terkadang sulit dipahami. Seperti yang didengarnya tadi dan membuat Seungwoo menghela napas dan mendekati Minhee. Berdiri di belakang Minhee, lalu memeluk dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Minhee, meski harus sedikit berjinjit karena entah sejak kapan pacarnya lebih tinggi darinya.
"Kak, aku gak bisa gerak."
"Minhee, saya sayang kamu hari ini dan seterusnya."
"Seterusnya sampai kapan kak?" Minhee selalu seperti itu, selalu meminta kejelasan waktu untuk semua hal. "Seterusnya atau selamanya itu bullshit kak."
Dan Seungwoo selalu memiliki jawaban yang sama. "Sampai umurmu enam puluh tahun dan aku mendekati umur tujuh puluh tahun."
Minhee tidak mengatakan apa pun, tetapi lima menit kemudian Seungwoo diusir untuk menjauhi Minhee karena tangannya bergerak ke tempat yang tidak seharusnya. Membuat Minhee jengkel dan Seungwoo tertawa seperti orang bodoh.

No comments

Post a Comment