Monday, April 6, 2020

Kebersamaan yang Berharga



"After closing, we goin' to party," perkataan Seungyoun membuat Seungwoo menoleh dan menggelengkan kepala, tanda tidak akan bergabung, "your bf didn't give you permission?"
"I have promise with him."
"Bucin!"
Seungwoo tertawa saja dan Seungyoun tidak mengatakan apa-apa karena di depannya ada kasir nomor 8 yang datang menyerahkan uang. Baru berpikir untuk meminum teh bobanya, kasir nomor 10 datang membawakan uang yang membuatnya menghitung secara manual sebelum mengecek kembali dengan mesin. Memastikan dua kali agar tida ada yang salah.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Minhee tidak pernah melarangnya untuk klubbing. Bahkan beberapa kali Minhee yang meminta untuk diajak klubbing yang tentu saja Seungwoo marahi karena belum usianya. Bagi Seungwoo, usia legal klubbing itu 20 tahun. 
Karena usia itulah Seungwoo baru masuk ke dunia seperti ini dan beberapa kali Minhee bilang akan pergi bersama Aisha atau Yiren saja. Tentu saja tidak akan pernah terealisasikan karena Minhee itu malas gerak kecuali berhubungan dengan anak kecil, kampus dan juga Seungwoo. 
Saat jam kerjanya berakhir, Seungwoo sengaja pulang lebih awal. Sengaja menghindari sesi foto bersama kasir-kasir karena tidak mau memberikan harapan palsu. Minhee sebenarnya tidak cemburu, tetapi Seungwoo tidak mau membuat lelaki lebih muda itu tidak nyaman. Ia tahu banyak perempuan memfollow akun Minhee yang tidak dikunci karena akunnya berisikan foto mereka berdua.
Apalagi bio di Instagramnya menggandeng lelaki. 
"Kakak?" panggilan itu membuat Seungwoo yang menunggu di lobi tempat penitipan anak, tersenyum. Minhee masih menggendong Dohyon, segera menghampirinya. "Tidak ikutan after party bersama yang lain?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Kamu lebih berharga daripada after party itu." Seungwoo tersenyum dan melambaikan tangan kepada Dohyon. Mencoba menggendong anak itu, tetapi ditolak oleh yang bersangkutan dan malah makin bergelanyut manja di leher Minhee. "Ibunya belum menjemputnya?"
"Lembur, jam 8 malam nanti baru datang."
"Lalu kamu bagaimana?"
"Aku menunggu."
Seungwoo menghela napas. Minhee selalu begitu, mengambil tanggung jawab untuk menjaga anak-anak yang over time karena orang tuanya sibuk bekerja. Memang gajinya ditambah, tetapi Seungwoo sebal karena itu berarti waktunya bersama Minhee berkurang.
"Mister, I want boba tea!"
"Your mother will be mad if you drink boba."
Dohyon tidak peduli dan mulai mengulang kata yang sama. "Boba boba boba boba boba boba."
Seungwoo mungkin akan membelikan karena tidak tahan dengan rengekan Dongpyo. Namun, Minhee bergeming dari rengekan itu dan memilih membawa Dongpyo ke dalam tempat penitipan. Seungwoo mengikuti dan di dalam hanya tinggal beberapa miss dan mereka menyapanya.
Dohyon tentu saja sebal karena tidak diturutin keinginannya, tetapi Minhee tampak tidak peduli dan justru membuka HP-nya. Hanya untuk memperlihatkan mainan Happy Meal edisi bulan depan yang membuat Dongpyo seolah lupa kekesalannya dan menatap layar HP Minhee dengan berbinar.
Kadang, Seungwoo bertanya-tanya pada diri sendiri. Jika di masa depan nanti ia berkeluarga dengan Minhee dan mengadopsi anak, pasti lelaki itu menjadi ayah yang tegas, tetapi sayang kepada anak mereka. Sementara Seungwoo pasti tipe ayah yang mudah menyerah untuk membelikan apa pun anaknya inginkan asalkan tidak mendengar rengekan.
"Mister, who is she?" Seungwoo mengkernyit saat mendengar Dohyon menunjuknya sebagai seorang perempuan.
"He, Dohyon." Minhee mengoreksi dan duduk di samping Dohyon. Membuat anak itu segera berdiri dan duduk di pangkuan Minhee. "He is my friend."
Dan sebanyak apa pun momen yang telah terlewati bersama Minhee, lelaki itu tidak akan bisa mengakui kepada dunia jika Seungwoo adalah pacarnya. Ia mencoba mengerti, karena Minhee pasti takut menghadapi dunia jika mengakui terang-terangan sebagai seorang gay.
Namun, tidak berbohong jika rasanya sakit karena tidak diakui oleh Minhee.

No comments

Post a Comment