Thursday, April 2, 2020

Cerita Tentang Kamar Utama


Seungyoun merasa kalau pun tadi menjawab pertanyaan Jinhyuk dengan kata tidak pun juga akan percuma, karena nyatanya barangnya sudah dipindahkan ke walking closet. Jinhyuk belum keluar dari kamar mandi, lagi sikat gigi dan mencuci mukanya. Seungyoun yang sejak tadi sibuk menjelajah kamar utama, lalu berhenti di meja rias. Mengkernyit karena ada banyak sekali skin care yang begitu Seungyoun ambil salah satunya, menggunakan nama yang tidak dimengertinya. Apalagi bagian belakangnya bertuliskan hangul semua yang dari skimming, intinya yang tengah dipegangnya adalah toner yang sekaligus mild exfoliating.

Apa pula toner sekaligus mild exfoliating itu?

"Lo mau make juga?" suara Jinhyuk membuat Seungyoun menoleh dan melihat Jinhyuk yang menggunakan bandana kain berwarna pink yang ada mata dan telinganya membuatnya hendak tertawa. "Kenapa muka lo aneh banget? Kalo mau ketawa, yaudah."

Akhirnya Seungyoun tertawa dan Jinhyuk tidak peduli. Mengambil toner yang dipegangnya dan Jinhyuk mencari kapas untuk mulai step skincare-nya.

"Hyuk, gue nanya boleh?"

"Hmm."

"Ini semua skin care pasti lo pake?"

"Ada yang buat siang, ada yang buat malam, ada yang buat weekend," jelas Jinhyuk yang mulai mengusap wajahnya dengan kapas yang sudah dibasahi toner, "kenapa emangnya?"

"Heran aja, lo tertarik merawat muka gitu."

"Soalnya Wooseok cerewet kalo muka gue gak dirawat. Kayak jamet katanya."

Jinhyuk tidak tahu, kalau perkataanya membuat Seungyoun kesal. Di dengarnya adalah helaan napas Seungyoun yang membuat Jinhyuk tidak ambil pusing, lalu mendengar, "lo kayaknya dekat banget ya sama Wooseok ini ya?"

"Iya."

"Dia siapanya lo sih? Pacar?"

Jinhyuk memandang Seungyoun dari kaca dengan delikan. "Pacar apaan?! Dia itu sahabat gue yang bakalan selalu ada meski gue memilih jalan kesesatan."

"Sahabat gak bakalan ciuman loh."

"Alah, cuma peck apa itu termasuk ciuman juga?" Jinhyuk tidak melihat masalah yang membuat Seungyoun memasang ekspresi ... kesal? "Lagian lo kayaknya lebih banyak ciuman sama orang lain daripada gue deh."

Seungyoun terdiam dan Jinhyuk melanjutkan skin care hingga selesai. Berbalik dan duduk di sebelah Seungyoun yang duduk di tepi ranjang. Tadinya Seungyoun mau mengatakan sesuatu, tapi kaget saat berbalik, wajah Jinhyuk dekat sekali dari wajahnya dan memasang ekspresi tidak suka.

"Kulit lo kering banget! Lo gak ngerawat apa gimana sih?!"

"Ngerawat kok!" protes Seungyoun seolah dianggap tidak peduli dengan diri sendiri. "Gue rajin cuci muka kok."

"Cuci muka mana cukup!" protes Jinhyuk dan berdiri. "Ikut gue, sebal juga lihat muka lo gersang gitu."

Seungyoun awalnya tidak mau, tapi tenanga Jinhyuk untuk menyeretnya agar mengikuti langkahnya tidak bisa disepelekan. Apalagi saat sampai kamar mandi, Jinhyuk malah mengeluarkan beberapa sabun muka, melihat Seungyoun sebentar, lalu akhirnya menyerahkan salah satu tube St. Ives yang Apricot.

"Pake itu, biar kulit lo gak kasar lagi." Jinhyuk membereskan kembali tube-tube yang tadi dikeluarkannya dan saat kembali fokus kepada Seungyoun, ternyata dia malah bengong. "Masa gue juga yang harus pakein sabun cuci mukanya?"

"Gue kan gatau harus pake semana," protes Seungyoun, "ntar kalo kebanyak terus abis, lo ngamuk lagi. Amukan lo kan nyebelin."

"Yaelah, itu kalo habis ya beli lagi. Gak usah kayak orang miskin deh." Jinhyuk mengambil tube dan menarik sebelah tangan Seungyoun untuk mengeluarkan sedikit isinya. "Dah, pake segitu. Gosok mukanya perlahan aja, nanti sakit kulit lo kalau kencang-kencang gosok mukanya."

Seungyoun menurut saja. Tidak tahu kenapa Jinhyuk mengatur suhu air berbeda-beda saat air mengalir di keran untuk wajahnya diusapkan air pertama kali dan saat membilas kulitnya yang menggunakan sabun cuci muka Jinhyuk. Selesai dengan drama cuci muka ini, Seungyoun memang bisa merasakan kulitnya sedikit lebih halus dari biasanya dan Jinhyuk menyodorkan handuk.

"Thanks."

"Belum selesai," Jinhyuk kembali menarik Seungyoun untuk mengikuti langkahnya. Didudukkan di kursi depan meja rias, sementara tangannya sibuk mengambil beberapa benda di atas meja, lalu mengembalikannya dalam tempo yang berbeda-beda, "pake ini aja, soalnya kalo gue langsung pakein kayak gue biasanya, muka lo pedih kayak ditusuk ribuan jarum."

"Lo kayak expert banget soal ginian." Seungyoun merasa heran sendiri. "Siapa yang ngajarin lo? Wooseok juga?"

"Trial and error selama ini, meski yang maksa gue pertama kali makai skin care tuh dia."

"Padahal lo udah ganteng aja tanpa semua ini."

Jinhyuk tidak langsung menjawab karena membuka laci untuk mengambil kapas sekaligus mengambil selembar foto yang diserahkan ke Seungyoun. "Katakan sekali lagi setelah lihat foto itu, oke."

Seungyoun agak tidak percaya jika foto di tangannya adalah Jinhyuk. Benar-benar berbeda dari sekarang dan rasa-rasanya Seungyoun kalau orang lain berbisik jika Jinhyuk melakukan operasi plastik untuk mendapatkan tampang yang sekarang, dia akan percaya saja.

"Makanya lo rajin karena foto ini ya, Hyuk?"

"Hmm," Jinhyuk telah melumuri kapas dengan toner yang paling ringan agar tidak menyakiti kulit Seungyoun, "pejamkan mata lo."

Seungyoun menurut saja dan merasa sensasi sedikit dingin yang menyentuh kulitnya dan samar mencium aroma rumput laut. Lalu Seungyoun merasa kulit wajahnya disentuh oleh jemari Jinhyuk dan saat mengintip, sebelah tangan Jinhyuk memegang wadah bulat hijau yang lumayan besar dan samar tercium bau lidah buaya.

"Udah boleh buka mata," perkataan Jinhyuk membuat Seungyoun membuka matanya perlahan, "gue sekarang cuma mau buat kulit lo moist dulu. Soalnya gue gatau lo tipe kulit apaan, salah ngasih ntar malah makin ngaco kulitnya."

Seungyoun menatap punggung Jinhyuk yang tengah merapikan susunan di meja riasnya. Saat Jinhyuk berbalik, Seungyoun hanya tersenyum. Tadinya dia hendak mengucapkan terima kasih, tapi tanpa aba-aba Jinhyuk mendekatinya dan mengecup bibirnya singkat.

"Gak usah iri sama Wooseok gituin gue," Jinhyuk santai banget mengatakannya, sementara Seungyoun tidak sadar memasang ekspresi bodoh dan tidak menyadari bahwa telinga Jinhyuk juga sebenarnya memerah, "mulai sekarang, cuma lo yang bisa gituin gue."

No comments

Post a Comment