Memulai Lembaran Baru di Tempat Lama
"Tidak ada yang ketinggalan?" suara Seungwoo itu membuat Jinhyuk menoleh, lalu menggelengkan kepala sembari tersenyum. "Kamu mau makan apa? Atau makan di bandara saja nanti?"
"Makan di bandara aja deh. Seengaknya di sana ada rasa makanan yang familiar dengan lidahku."
Seungwoo tidak merespon perkataan Jinhyuk, tetapi dia membantu lelaki itu berdiri dari duduknya di lantai. Jinhyuk hanya tertawa pelan dan memeluk Seungwoo, membuatnya hanya bisa tersenyum karena sikap pacarnya yang tiba-tiba itu. Seungwoo tidak pernah berpikir bahwa hubungannya dengan Jinhyuk akan berubah ke arah ini.
Hanya perlu satu pelukan tiga tahun yang lalu agar membuat mereka dekat dan meningkatkan hubungan dari sekadar teman satu flat mejadi yang lebih serius. Meski pada awal hubungan, Jinhyuk masih seringkali membicarakan mantannya (Seungwoo memang merasa sedikit kesal, tetapi dia yang mempersilahkan pacarnya untuk menceritakan apa pun yang dirasakannya) dan semakin lama intensitasnya semakin jarang dan dua tahun belakangan Jinhyuk tidak pernah menyinggung mantannya yang bernama Seungyoun itu.
"Jinhyuk, kita bisa ketinggalan pesawat kalau kamu tidak melepaskan pelukannya."
"Sebentar lagi, Swoo," pinta Jinhyuk, "setelah ini kita bakalan terpisah."
"Jakarta ke Bandung itu dekat," Seungwoo mengusap pelan kepala Jinhyuk, "aku bisa naik pesawat dan menghampirimu secepatnya kalau rindu."
"Tiket pesawat mahal, Swoo."
"Biar saja," Seungwoo tersenyum menatap kamar Jinhyuk (atau sejak setahun yang lalu menjadi kamar mereka karena memutuskan untuk sekamar), "karena rindu itu berat dan lebih baik membuang uang agar rindunya hilang."
"Keju!" seru Jinhyuk dan melepaskan pelukan Seungwoo, tertawa pelan. "Aneh ah dengar kamu keju begitu."
"Keju?" tanya Seungwoo tidak mengerti. "Kamu mau makan keju?"
Tawa Jinhyuk semakin keras mendengar pertanyaan Seungwoo, sementara lelaki itu kebingungan. Setelah tawa Jinhyuk reda (dan dia memegangi perutnya karena tertawa terlalu bersemangat), dia berkata, "I mean cheesy, Swoo."
Barulah Seungwoo mengerti dan dia tersenyum. Jinhyuk menarik koper terakhirnya dan menggandeng tangan Seungwoo ke ruang tamu. Bertukar ciuman singkat di ruang tamu untuk menyemangati keduanya membawa koper-koper milik mereka ke Bandara. Keduanya hanya berharap koper mereka tidak over weight dari jatah yang disediakan atau berakhir harus membayar biaya tambahan.
"Kayaknya nanti aku bakalan kangen Dublin deh," perkataan Jinhyuk yang berada di sampingnya membuat Seungwoo menoleh dan memasangkan sabuk pengaman ke lelaki itu. Membuat Jinhyuk berkata, "makasih udah dipasangin, padahal aku bisa pasang sendiri."
"Selama di sini, kamu selalu merengek ingin pulang ke Indonesia karena kangen makanannya."
"Hehehe ... iya sih." Jinhyuk menatap Seungwoo sembari menyengir. "Tapi kalau di sini, kita selalu bareng. Kalau di Indonesia nanti kan LDR."
"Padahal kalau kita bertengkar, kamu bilang tidak mau melihatku lagi dan mau cepat selesai kuliah."
"Ya kamu sih, masa aku diajak debat terus soal cekungan Kutai?" Jinhyuk cemberut dan membuat Seungwoo tersenyum dan mencubit pelan ujung hidung lelaki itu. "Kayak waktu debat di kampus kurang banyak aja sampai dibawa-bawa ke rumah."
Seungwoo hanya tersenyum dan malah mencium singkat Jinhyuk. Membuatnya kaget, lalu memukul pelan lengan Seungwoo sembari mengomel karena berani-beraninya melakukan di dalam pesawat yang mana ada orang yang melihatnya. Membuat Seungwoo akhirnya tertawa pelan dan Jinhyuk menghela napas.
"Untung aku sayang kamu, Swoo."
"Saya juga sayang kamu, Jinhyuk."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment