Monday, April 6, 2020

Melepaskan Rindu



Seungwoo sebenarnya bisa saja menolak tawaran pekerjaan di Kuala Lumpur dan ikut berlibur bersama Jackson ke Toraja. Namun, ia sudah kepalang rindu dengan Minhee. Tidak apa Seungwoo bertemu dengan Byungchan, itu bisa dipikirkan nanti. 
"Kakak?" suara Minhee itu membuat Seungwoo tersenyum dan begitu dirinya didekati, hal pertama yang dilakukannya adalah menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. Minhee sudah mulai membiasakan diri dengan sikap Seungwoo yang satu ini jika mereka terpisah lebih dari seminggu. "Kangen banget ya, kak?"
"Iya."
"Tapi bukannya berarti kakak bakalan langsung kerja kalau kembali kemari?"
"Setidaknya setelah jam kerja selesai, saya bisa makan malam bersama kamu."
Pelukan mereka akhirnya berakhir dan Seungwoo merangkul Minhee menuju ke mobil sport-nya. Terkadang Minhee minder dengan status sosialnya dengan Seungwoo karena bagaikan langit dan bumi. Seungwoo itu salah satu keluarga old money dan Minhee hanyalah masyarakat kelas menengah biasa. 
Minhee bisa berkuliah di Malaysia saja karena beasiswa dan juga setelah bertengkar hebat dengan orang tua tirinya karena mengambil jurusan yang tidak diharapkan, psikologi klinis. Mereka berharap Minhee mengambil bisnis, tetapi Minhee tidak ingin karena tujuannya sudah jelas. Dia ingin mengabdikan hidup untuk bersama anak-anak, tepatnya untuk anak yang berkebutuhan khusus.
"Minhee," panggilan itu membuatnya menoleh dan menatap Seungwoo yang tengah menyetir, "mau makan apa? Saya mau menepati janji untuk makan bareng."
"Chinese food!"
"Seperti biasa bukan?"
Minhee mengangguk dan dari kaca spion di dalam mobil Seungwoo melihatnya, membuatnya tersenyum. Saat sampai di tempat mereka biasa makan, penjualnya menyapa dengan ramah. Beliau adalah segelintir orang yang tahu kalau Seungwoo dan Minhee bukanlah teman pada umumnya. 
"Menunya seperti biasa bukan?" tanya beliau saat Seungwoo dan Minhee berdiri di depan stand untuk memesan makanan.
"Aku jadi sayang deh sama engkoh," Minhee membentuk jari-jari tangannya menjadi pistol dan mengedipkan sebelah mata ke arah beliau, "jangan lupa dikasih bonus ya, soalnya Minhee lagi masa pertumbuhan."
Seungwoo mendengarnya tertawa pelan dan mengacak rambut Minhee. Membuat yang lebih muda menggerutu dan keduanya duduk di kursi favorit saat berkunjung ke tempat makan ini. Minhee seperti biasa baru akan diam kalau sedang makan, jadi sekarang adalah masa di mana lelaki itu menumpahkan semua cerita yang tidak bisa diceritakan karena Seungwoo bekerja. Membuat mereka LDR sementara.
Hanya saja, saat tengah makan ada anomali karena Minhee mendadak berkata, "kakak baik-baik saja?"
"Maksudnya?"
"Nanti kakak ketemu sama mantan. Hati kakak baik-baik saja?"
"Apa kamu cemburu, Minhee?"
"Enggak," Minhee menggelengkan kepala, "tapi aku khawatir kalau kakak nanti memaksakan diri untuk baik-baik saja, padahal tidak. Apalagi kakak pernah cerita bagaimana hubungan kalian dahulu."
Seungwoo tersenyum mendengarnya, membuatnya bersyukur menerima Minhee ke dalam kehidupannya. Karena lelaki itu selalu mengkhawatirkannya dan melihatnya sebagai manusia. Bukan sebagai sosok pacar yang sempurna dan tidak boleh memiliki cela.
"Padahal saya berharap kamu cemburu."
"Gak ah, aku kan percaya diri kalau kakak bakalan milih aku daripada mantan kakak yang namanya Byungchan itu."
"Dia lebih tua beberapa tahun darimu, loh. Minhee."
"Tapi dia gak punya kasih sayangnya kakak lagi. Soalnya rasa sayang kakak udah sama aku."
Seungwoo tahu Minhee memang pintar berbicara, tapi entah kenapa ia selalu berakhir dengan wajah memerah karena perkataan lelaki yang lebih muda itu. Mungkin karena sejak dahulu, Seungwoo adalah pihak yang selalu mengumbar kalimat cinta kepada mantan-mantannya terdahulu dan tidak sering menerima kalimat cinta tersebut untuknya.

No comments

Post a Comment