Monday, March 30, 2020

Ada yang Tergantikan


Seungwoo tahu harusnya hari ini dia di kantor dan tengah berkoordinasi dengan timnya karena sekian lama bekerja dari rumah. Namun, kenyataanya dia hanya masuk setengah hari dengan alasan Seungsik tengah tidak enak badan, padahal kenyataanya dia di sini sekarang. Di gedung FTTM yang menjadi almamaternya dahulu dan memancing tatapan banyak orang, terutama mahasiswa. Beberapa menyapanya, karena mereka pernah dibimbing Seungwoo di lapangan saat berada di Kalimantan.

"Loh, bang Seungwoo? Ngapain kemari?" tanya Minhee yang membuatnya tersenyum.

"Mau ketemu teman, sekalian mau nostalgia sama kampus."

Di tangannya ada dua boba tea di mana punya Jinhyuk gulanya dikurangi setengah takaran dan tidak menggunakan boba karena dia tidak menyukainya. Juga Seungwoo membeli donat J.CO yang sugar glaze dua lusin karena tahu Jinhyuk tipe orang yang makan donat tidak begitu suka dengan rasa yang aneh-aneh.

Tadinya Seungwoo melihat Hangyul yang tengah berbicara dengan seseorang, tetapi baru hendak dipanggil keduanya sudah langsung berjalan menjauh darinya. Mungkin semua orang yang dekat dengan Jinhyuk sudah menandai keberadaan Seungwoo adalah kartu merah.

Semua orang hanya menyalahkan mereka berdua, tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan. Seungwoo sudah cukup bersabar selama ini dan saatnya sekarang dia mengambil miliknya lagi. Meski waktu itu dia berbohong kepada Jinhyuk bahwa dia tahu dengan siapa lelaki itu bertunangan. Seungwoo hanya mendengar dari Seungsik kalau dia sudah memilih orang lain, tetapi selalu diam saat ditanya dengan siapa.

Bahkan Seungsik mau menyebutkan nama Jinhyuk saja sudah menjadi anomali, tapi apa Seungwoo peduli?

Tidak.

"Permisi," sapa Seungwoo saat melihat lelaki berambut hitam dengan tatapan sendu, tetapi memiliki wajah yang bisa dimasukkan kategori menggemaskan, "kamu tahu di mana letak ruangan Professor Lee Jinhyuk?"

"Ada urusan apa mencari prof?" tanyanya dan menatap Seungwoo yang menilai dari atas sampai bawah. "Apa anda punya janji temu dengan prof? Karena saya tidak diberitahu kalau beliau memiliki tamu."

"Saya temannya," Seungwoo berusaha tersenyum seperti biasa, meski sekarang dirinya merasa ingin tertawa karena semua hal yang dilihatnya dari laki-laki di depannya tidak singkron, "kamu sendiri siapanya Jinhyuk sampai bertanya seperti itu."

"Asistennya."

"Oh," Seungwoo akhirnya bisa menelan tawanya dan menatap lelaki itu, "jadi apa bisa saya diantarkan ke tempat Jinhyuk?"

"Prof tidak ada di tempat," jawabnya yang membuat Seungwoo hanya bisa tersenyum, karena bisa saja lelaki di depannya sudah diberitahu oleh Hangyul atau bahkan Jinhyuk sendiri untuk berkata seperti itu jika melihatnya, "ini sudah jamnya pulang."

"Apa saya benar-benar tidak boleh ke ruangannya Jinhyuk?"

Lelaki itu tidak menjawab dan menatap lurus ke depan. Membuat Seungwoo mengikuti arah pandang lelaki itu dan hatinya mencelos. Melihat Jinhyuk digandeng oleh Seungyoun, padahal Seungwoo tahu kalau lelaki itu tidak suka segala bentuk public display affection. Juga, dari semua lelaki, kenapa harus Seungyoun?

Apa Jinhyuk tidak tahu reputasi Seungyoun seperti apa, padahal teman-teman dekatnya sudah menjadi korban Seungyoun?

"Apa masih mau ke ruangan prof?" pertanyaan itu membuat Seungwoo menoleh dan hanya bisa pura-pura tersenyum ramah. "Tidak perlu tersenyum kalau tidak baik-baik saja. Berakting itu melelahkan, Kak Seungwoo."

Seungwoo terdiam dan bertanya-tanya bagaimana lelaki di depannya tahu namanya? Padahal mereka belum berkenalan dan Seungwoo yakin selama masa kuliahnya, dia tidak pernah mengenal lelaki ini.

"Kamu siapa?"

"Homo sapiens."

Seungwoo hanya menghela napas mendengarnya. "Saya tahu kita masih satu spesies. Maksud saya, siapa namamu?"

"Jung Subin." Jawabnya membuat Seungwoo mengingat masa lalu dan seingatnya, dulu ada nama praktikan Jinhyuk (yang waktu itu menjadi asisten laboratorium) bernama yang di dengarnya. "Tidak perlu berusaha mengingat saya, sudah biasa dilupakan."

"Sorry."

"Memangnya Kakak berbuat salah apa dengan saya?" pertanyaan Subin membuat Seungwoo tidak bisa mengatakan apa pun. Karena baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang bisa membuat Seungwoo kehilangan kata-kata. "Dan maaf kalau tidak sopan, apa yang ada di tangan Kak Seungwoo untuk prof? Kalau iya, boleh saya minta tidak?"

Seungwoo memberikan tanpa kata dan lelaki itu tersenyum. Dia tidak begitu mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu karena melihat ke arah yang tadi di mana melihat Seungyoun dan Jinhyuk lewat di depan matanya tengah bergandengan. Sekarang mulai masuk akal kenapa Seungsik tidak mengatakan nama orang yang bersama Jinhyuk.

Karena Seungwoo akan bereaksi jika semua hal yang menyangkut Jinhyuk.

Karena Seungwoo akan melakukan hal gila jika tahu orang yang bersama Jinhyuk adalah Seungyoun, orang yang memiliki reputasi tidak baik di mata semua orang.

"Kak Seungwoo," panggilan itu membuatnya menoleh dan tidak menyangka lelaki itu masih bertahan di tempatnya, "apa tidak mau ke ruangan prof? Saya rasa kakak butuh asupan gula untuk berpikir jernih dan tidak menatap sesuatu seperti hendak membunuh."

Seungwoo bisa menolak, berkata bahwa itu bukan urusan lelaki itu. Seungwoo bisa saja meninggalkan lelaki itu karena tujuannya tidak ada di tempat dan berada di sana hanyalah kesia-siaan belaka.

Namun, Seungwoo sendiri juga heran saat bibirnya berkata, "boleh?"

"Asal tidak meninggalkan sampah dan mau saya cuekin karena mengoreksi tugas mahasiswa, tidak ada masalah."

"Oh, oke."

Dengan persetujuan itu, Seungwoo mengikuti langkah Subin yang berada di depannya. Sepanjang jalan, Seungwoo bertanya-tanya bagaimana rasanya ditindik sebanyak itu di telinga Subin. Juga kenapa penampilannya sangatlah tidak menunjukkan seperti asisten dosen, karena dari belah mana pakai jas yang di dalamnya kaus bertuliskan Supreme (yang entah asli atau tidak), celana ripped jeans dan sepatu Yezzy keluaran terbaru (yang Seungwoo tahu karena waktu war memesan di website tidak kebagian)?

Hanya saja, bukankah semua manusia memang memiliki anomalinya sendiri?

No comments

Post a Comment