Jinhyuk sebenarnya tidak pernah siap saat bertemu dengan Seungsik lagi. Namun, akhirnya mereka bertemu dan dia menatap Jinhyuk dengan galak. Membuat Jinhyuk berpikir, kenapa dia harus merasa seperti ini jika tidak berbuat salah apa pun?
Oh well, Jinhyuk memang pernah berbuat salah lima tahun yang lalu dan belum ada penyelesaian yang pasti di antara mereka.
"Mana Seungwoo?" suara Seungsi itu membuat lamunan Jinhyuk buyar. "Lo sengaja nyuruh dia gak datang biar gak gue pergokin berduaan?"
"Apa lo hak punya adab? Salam dulu atau tanya kabar dulu." Jinhyuk menatao Seungsik, kemudian menghela napas. "Dan gue bahkan gak ada ketemu sama laki lo, jadi gimana mau janjian?"
"Kalian bisa chat di WA atau apa pun."
"Apa lo udah cek HP suami lo sampe bisa dapat kesimpulan itu?"
"Buat apa ada fitur hapus pesan kalau kalian tidak menggunakannya?"
Jinhyuk berharap saar ini ada Subin agar ada penengah di antara mereka. Keduanya saling tatap dan Jinhyuk memutuskan mengeleminasi jarak di antara keduanya agar bisa berdiri saling berhadapan. Tatapan marah Seungsik yang ditunjukkan kepadanya membuat Jinhyuk berpikir jika memang ini harus segera diselesaikan. Mereka memang sudah menjadi mantan teman, tetapi saat kenyataan itu menghantam Jinhyuk entah kenapa rasanya menyakitkan.
Mungkin di dalam hatinya, Jinhyuk berharap mereka masih bisa kembali seperti dahulu.
"Spit it out," Jinhyuk menatap Seungsik, "gue bakalan dengerin semua yang lo katakan dan membantah semua omong kosong itu."
Namun, Jinhyuk tentu tidak menduga jika dirinya mendapatkan tamparan dari Seungsik. Membuatnya membeku beberapa saat dan mendengar, "harusnya itu yang gue lakukan sejak lama ke lo."
Jinhyuk memandang Seungsik dan emosinya jujur saja naik. Dia di sini mau menyelesaikan secara damai, tetapi Seungsik justru tanpa tendeng aling-aling langsung menamparnya. Membuat Jinhyuk rasanya ingin meninju Seungsik dan detik berikutnya saat tersadar, Seungsik sudah melangkah mundur dan memegangi ujung bibirnya.
Oh, Jinhyuk tidak sadar jika benar-benar melakukan apa yang dipikirkannya.
Sementara itu, Seungyoun baru sampai di pakiran kampus dan saat turun dari mobilnya juga bertepatan dengan Seungwoo yang turun dari mobilnya. Keduanya saling bertatapan dan belum Seungwoo membuka mulutnya, Seungyoun langsung berkata, "bang, gue gak tahu lo sama Jinhyuk ada hubungan apa di masa lalu, tapi bisa stay away from him?"
"Sebenarnya kalimat itu harusnya untukmu, Seungyoun." Seungwoo menatapnya sinis. "Orang sepertimu kenapa bisa bersama Jinhyuk? Setia bagimu hanyalah kata dan saya tidak akan membiarkanmu bersamanya."
"Kami sudah bertunangan," Seungyoun memperlihatkan cincin yang berada di jarinya, "dan lo udah punya Seungsik. Gue gak akan tinggal diam kalau lo macam-macam sama Jinhyuk."
"Kita lihat aja siapa yang benar-benar dipilih oleh Jinhyuk."
Seungyoun tidak membalas perkataan Seungwoo karena mendengar pintu mobil ditutup kencang. Membuat keduanya menoleh dan melihat Wooseok yang berlari secepatnya masuk ke gedung FTTM. Membuat kedunya merasa ada yang tidak beres dan ikut mengejar lelaki itu. Benar saja, saat sampai di ruangan Jinhyuk, yang mereka lihat adalah Wooseok berusaha menarik Jinhyuk untuk tidak melanjutkan perkelahian, sementara Subin menjauhkan Seungsik. Wajah keduanya penuh luka dan keduanya melemparkan sumpah serapah.
"Jinhyuk," panggilan Seungyoun itu membuat lelaki itu terdiam dan menoleh ke arahnya, lalu membuang muka. Seungyoun mengambil tas kerja Jinhyuk, lalu menghampirinya dan menarik tangannya untuk mengikutinya. Tidak ada kata, sampai mereka di parkiran dan Seungyoun menoleh, "kita ke rumah sakit, oke. Luka lebam di wajahmu cukup parah."
Jinhyuk tidak mengatakan apa pun, tetapi melepaskan tautan tangan Seungyoun dan masuk ke dalam mobil. Seungyoun sebenarnya heran karena Seungwoo tidak mengejar mereka, tanpa tahu kalau di ruangan Jinhyuk sekarang ada kekacauan karena Wooseok meninju wajah Seungwoo dan menendang perut lelaki itu hingga tersungkur. Membuat Seungsik ingin menyerang Wooseok dan Subin mulai kehabisan daya untuk memegangi lelaki itu.
"Tinju ke muka lo untuk lima tahun yang lalu, saat lo bikin Jinhyuk nangis," Wooseok menatap Seungwoo tajam, "dan tendangan ke perut untuk kekeras kepalaan lo untuk mendekati Jinhyuk lagi."
Seungwoo sempat meringis, tetapi saat tatapannya bertemu dengan Wooseok, dia menatap lelaki itu dengan datar. "Lalu kamu apa? Setidaknya saya berusaha untuk memperjuangkan orang yang dicintai, tidak sepertimu yang pengecut."
"Setidaknya, gue gak kayak lo yang naroh akal sehat di urutan kesekian," balas Wooseok sinis, "kalau emang beneran mau perjuangin cinta lo yang bullshit itu, ceraikan suami lo dulu."
"Gue emang bakalan bercerai sama Seungsik."
"Han Seungwoo!" teriakan Seungsik membuat Subin memutuskan untuk melepaskan lelaki itu. Membiarkan lelaki itu menghampiri Seungwoo dan mengguncang tubuhnya, seolah mencoba mengembalikan kesadarannya kembali. "Lo gila?! Pernikahan kita selama ini lo anggap apa?!"
Seungwoo memegang tangan Seungsik, lalu menjauhkan darinya. Menatap Seungsik dan menghela napas panjang, lalu berkata, "aku udah lelah berusaha untuk mencintaimu selama ini. Semua usahaku selalu tidak kamu hargai, jadi mari kita hentikan saja pernikahan ini."
Wooseok sudah pergi dan Subin mengambil buku yang menjadi alasannya sampai menjadi saksi Jinhyuk berkelahi sampai mendengarkan dua orang yang hendak bercerai. Sebelum mendengarkan drama lainnya, Subin berdeham dan keduanya menatapnya.
"Kalian, keluar. Cari tempat di mana pun untuk melanjukan pembicaraan, karena saya mau mengunci ruangan ini."