Ada yang Panas, tapi Bukan Matahari
Jinhyuk akhirnya sampai di salah satu kelab malam di Senopati. Byungchan merengut, sementara Sejin sepertinya minum Shirley Temple. Kalau salah menduga mohon maaf, soalnya Jinhyuk sudah lama tidak ikutan main ke dunia beginian. Lebih enak bermain sembari belajar di laboratorium pribadinya daripada dengar musik jedag-jedug dan berbaur dengan orang asing.
"Lama banget, Jamet!!" Byungchan protes dan sengaja mengatakannya sembari teriak, soalnya di sekitar mereka suaranya cukup nyaring dan kalau pakai suara biasa pasti tidak terdengar. "Makasih dulu sama gue karena berhasil ngusir orang random yang mau bawa laki lo ke hotel terdekat."
"Ya, makasih."
"Apaan? Kaga dengar?!"
"IYA MAKASIH, ELAH!"
Sejin tertawa saja dan akhirnya Sejin serta Byungchan membawa Seungyoun yang mabuk, sementara Jinhyuk di depan mereka mencari mobil lelaki itu di tempat parkir. Begitu ketemu, Byungchan dengan senang hati melemparkan Seungyoun ke kursi penumpang di sebelah kemudi. Sepertinya mencoba balas dendam karena dulu dicampakkan oleh Seungyoun dengan melakukan hal itu.
"Hyuk, tiati di jalan," pesan Sejin, "beli pengaman gih. Kali aja dia liar kalo mabuk."
"JAMET MANA PERNAH MAU PAKE PENGAMAN!" Byungchan kalau tidak heboh, bukan Byungchan namanya.
Jam 1 malam dan jalanan tidak bisa dibilang cukup lengang, tapi masih bisa dibilang nyaman untuk dikendarai karena tidak perlu terjebak macet. Padahal tidak ada polisi dan kendaraan yang melintas, Jinhyuk tetap saja menaati lampu lalu lintas untuk berhenti karena berwarna merah. Lima belas menit kemudian, mereka sampai dan seorang pembantu dengan tergopoh membukakan pintu rumah.
"Gak usah dibantu, saya bisa sendiri," Jinhyuk tersenyum dan menyakinkan, "kunci pintu dan kembali istirahat ya."
"Tapi...."
"Kalau nih buras mengamuk, saya yang tanggung jawab."
Sebenarnya Jinhyuk asal sih mengatakan buras, karena lagi kepengen makan aja. Besok deh masak sendiri, soalnya pembantu bawaanya Seungyoun mana mengerti masak beginian. Sampai di kamar Seungyoun, tidak basa-basi Jinhyuk melemparkan lelaki itu ke atas ranjangnya.
"Nih mahluk bisa gak sih gak ngerepotin gue?" Omel Jinhyuk dan melepaskan sepatu serta kaos kaki Seungyoun. "Gue udah siap tidur pake piyama, jadi ganti baju lagi buat jemput lo."
Jinhyuk mengomel dan membawa sepatu ke walkibg closet untuk mengembalikan sepatu tersebut. Baru mau kembali ke kamarnya, yang dilihatnya Seungyoun sudah berada di depannya dan tatapannya sudah cukup membuat Jinhyuk tahu bahwa dirinya tidak akan kembali ke kamarnya malam ini.
"Jinhyuk...."
"Apaan?!" dia mendengkus. "Lo mabuk atau pingsan karena dikasih obat perangsang?"
Ya bodoh juga sih mengajak orang mabuk ngomong. Jinhyuk tidak memejamkan mata saat bibir Seungyoun bertemu dengan bibirnya. Dibiarkan saja Seungyoun melakukan apa yang diinginkannya, meski ya Jinhyuk merespon seadanya.
Bukan tidak ada pengalaman, tapi mood untuk melakukan ini tidak ada.
"Woi bangsat! Gak usah gigit juga!!" Jinhyuk mengomel karena bibirnya digigit oleh Seungyoun. "Mau gue tinju apa gimana?!"
Seungyoun tidak merespon dan bibirnya turun ke leher Jinhyuk. Mengecup beberapa kali, lalu menghisap dengan kuat yang membuat Jinhyuk melenguh. Cuma setelah itu, rasanya mau jambak Seungyoun karena main gigit area lehernya.
Jinhyuk paling benci digigt-gigit. Dikira makanan apa Jinhyuk itu?!
"Woi! Lo mau sayangi gue apa mau makan gue sih?! Main gigit segala!"
"Berisik amat sih."
"Yaiya berisik! Gue kan...," omongan Jinhyuk tidak selesai karena Seungyoun menciumnya lagi.
Jinhyuk sudah malas berpikir, jadi akhirnya mengikuti saja maunya Seungyoun bagaimana. Untung saja akhirnya dibawa ke ranjang, karena ya pegal juga berdiri sambil make out. Baju Jinhyuk dibuka dengan brutal dan rasanya mau dia keplak Seungyoun karena itu baju rare item. Belinya aja lewat lelang dan awas aja kalau sampai robek.
"Gak," Jinhyuk menahan celana jeansnya yang mau dibuka Seungyoun, "enak aja gue mau diabisin gak pake apa-apa, lo masih lengkap."
"Banyak bacot, lo."
"Yaiya, gue anaknya maunya main fair."
Jadi selama beberapa menit kemudian kegiatan mereka adalah melepaskan apa yang menempel pada tubuh masing-masing dan kemudian saling berpandangan. Asli, Jinhyuk kedinginan karena tidak tahu suhu kamarnya Seungyoun berada pada angka berapa. Namun, pemikiran itu segera dilupakan karena Seungyoun kembali menciumnya. Kemudian tautan mereka terlepas dan Seungyoun turun menyusuri lehernya, lalu ke bahunya.
Mengecup, menghisap ... lalu Jinhyuk tidak mau mengetahui apa yang terjadi karena titik sensitifnya sudah dimainkan Seungyoun. Masih merasa sih saat kakinya dibuka dengan lebar, lalu satu jari langsung masuk ke analnya tanpa aba-aba yang membuat Jinhyuk kesakitan.
"Pake lubrikan kan bisa, bego!"
Sumpah, Jinhyuk yang tadinya sudah ogah berpikir, sekarang pikirannya bercabang mencoba menikmati atau mencoba bertanya pada dirinya sendiri kenapa teman-temannya mau ditiduri sama orang yang mainnya kasar begini?
Satu jari itu akhirnya keluar dan membuat Jinhyuk lega, tetapi kemudian sedikit terlonjak karena sensasi dingin di bawahnya serta dua jari yang kembali masuk. Lalu menjadi tiga dan Jinhyuk mencari-cari sesuatu yang bisa dipegangnya untuk menyalurkan rasa sakitnya.
Asli, enaknya berhubungan seksual itu apaan sih? Jinhyuk sudah sering dan satu-satunya hubungan seksual yang bisa dinikmatinya adalah bersama dengan orang yang seharusnya tidak melakukannya.
"Lo mau lanjut apa udahan?"
Ini pertanyaan menjebak dari Seungyoun atau bagaimana sih?!
"Ya menurut lo udah kayak gini masih tanya?!" Amuk Jinhyuk. "Cepetan gak beresin!"
"Mau pake...."
"GAK USAH PAKE PENGAMAN! CEREWET BANGET SIH LO, ANJING!"
Setelah itu, Seungyoun memang benar-benar melakukan apa yang diminta Jinhyuk. Serta Jinhyuk sudah tidak ingat ngomong sekotor apa kepada Seungyoun karena titik nikmatnya ditumbuk oleh penis lelaki itu. Mereka berdua mengalami pelepasan bersama dan Seungyoun ambruk di atas Jinhyuk. Membuat lelaki itu mendesis kesal dan dengan sisa tenaganya, melemparkan Seungyoun ke samping ranjang yang kosong.
Kalau ditanya apakah enak bersama Seungyoun? Maka Jinhyuk bakalan jujur kalau 75% didominasi rasa sakit dan sisanya baru terasa nyaman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment