Selembar Foto dari Masa Lalu
Jinhyuk melihat Seungyoun yang tengah menata kamera serta memasang ring light untuk menyorot wajahnya dengan heran. Padahal kualitas video kemarin cukup baik baginya (bahkan membuatnya memanen akun Twitternya sebagai akun terverifikasi) dan rasa-rasanya tidak perlu peralatan seperti yang dilihatnya sekarang untuk merekam video.
Karena Jinhyuk tidak live di Youtube (dengan alasan Seungyoun tidak senang video yang otomatis tersimpan di akun milik Jinhyuk kualitasnya jelek), maka akhirnya Jinhyuk mengirimkan materi power point untuk dibaca kepada mahasiswanya. Jadi saat dia merekam video maka dia menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang akan muncul di WA HP-nya yang baru.
HP yang lama hanya untuk Twitter lamanya (yang sialnya notifnya tidak kunjung berhenti masuk hingga sekarang) dan menjentikkan jarinya pertanda materi yang ingin dijelaskan oleh Jinhyuk selesai. Namun, tidak seperti kemarin yang hanya mengajar 1 kelas, hari ini Jinhyuk mengajar 4 kelas sekaligus dan itu artinya seharian bersama Seungyoun berada di laboratoriumnya.
"Seungyoun, kamu tidak kerja?" tanya Jinhyuk yang heran melihat Seungyoun mau membantunya sampai sejauh ini.
Orang yang dipanggil, tidak menoleh karena baru mencabut kartu memori dari kamera dan memasang yang baru. "Ini kan gue lagi kerja, meski copot dan pasang memori doang sih."
"Maksud saya kerja di kantor."
"Ini hari Sabtu. Kantor gue cuma kerja weekday doang," Seungyoun menghadap Jinhyuk, tetapi bukan untuk menatapnya, melainkan untuk kembali memasang kamera di posisinya semula, "lagian lagi korona, mana bisa gue ke kantor. WFH udah pilihan terbaik."
"Kamu gak khawatir karyawanmu tidak bekerja dengan semestinya kalau tidak diawasi?"
"Gue gak peduli pas di rumah mereka mulai kerja jam berapa, yang penting gue tahunya ada laporan beres sebelum jam lima sore."
Jinhyuk tidak bertanya lagi karena dia melihat jari Seungyoun membentuk peace, tanda kamernya sudah siap dan berdeham sebagai isyarat kalau juga sudah siap. Setengah jam kemudian, video selesai dan Seungyoun mencabut memori untuk memasang memori baru.
Seungyoun sengaja tiap video hanya pakai 1 memori. Alasannya, "ntar takutnya datanya corrupt kalau gue paksa merekam lebih dari satu video."
Jinhyuk tidak mengerti maksudnya Seungyoun apa, tetapi bisa menangkap kalau itu sesuatu yang tidak baik. Namun, melihat sikap Seungyoun yang tampak gelisah membuatnya mengkernyit.
Kenapa dia?
"Seungyoun, kenapa?"
"Kayaknya memori satunya ketinggalan di meja kerja gue." Jelasnya dan menghela napas. "Gue ke atas dulu deh, sekalian ambil charger buat iPhone."
Biasanya Jinhyuk masa bodoh, tapi kali itu dia berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "saya aja yang ambil ke atas."
"Hah?"
"Kamu edit saja videonya, saya yang ambil ke atas," Jinhyuk berusaha berpikir cepat agar tidak ketahuan kalau dia merasa tidak enak membuat Seungyoun merekam video, editing dan upload ke youtube, "lagian nanti kalau kamu yang ke atas dan HP-mu mati, apa saya bisa bukakan pintu untukmu?"
Untungnya, Seungyoun percaya dengan alasannya dan membiarkan Jinhyuk naik ke atas. Saat masuk ke rumah, beberapa pengurus rumah duduk di sofa ruang tamu, tengah menonton sinetron India yang disiarkan stasiun televisi lokal. Entah sudah sampai mana kisahnya, karena terakhir kali Jinhyuk ikutan nonton, tokoh perempuannya menangis memohon kepada tokoh lelakinya agar tidak menikahi sahabat perempuannya di kampus.
Saat sampai di perpustakaan yang merupakan ruang kerja Seungyoun, dia segera ke meja kerjanya. Jinhyuk terdiam beberapa saat melihat tata meja kerja Seungyoun.
Ada bingkai yang berisi potret ayah Seungyoun, perempuan yang tengah memangku anak kecil yang Jinhyuk asumsikan sebagai ibu Seungyoun serta lelaki itu versi kecil. Lalu matanya melihat bingkai lainnya yang berisikan foto kelulusan Seungyoun yang bersebelahan dengan ayahnya.
Di sudut lainnya, ada rak tabung percobaan serta beberapa tabung yang ditutup. Isi tabungnya terdiri dari pasir sebagai dasarnya dan air. Namun, pasirnya dalam berbagai warna dan ukuran yang membuat Jinhyuk tersenyum. Di dekat itu, ada bingkai yang terbuat dari karton yang dicat tidak rapi yang dihiasi tempelan beberapa kerang dan bintang laut yang warnanya dicat pink norak karena pasti ingin meniru warna Patrick dari SpongeBob Squarepants.
"Luizy, lo gak berubah ya. Masih suka laut."
Sebenarnya, Jinhyuk sudah mendapatkan kartu memori yang masih tersegel dalam wadah serta kabel charger. Namun, matanya tertuju kepada laci yang sedikit terbuka dan membuatnya penasaran. Padahal Jinhyuk biasanya tidak suka menganggu barang orang lain, tapi tangannya sudah menarik laci.
Jinhyuk terdiam karena mengenali tulisan yang ada di depan amplop surat yang dilihatnya. Mengambil salah satu tumpukan surat dan ada satu foto yang terjatuh. Saat memungutnya, Jinhyuk tidak bisa menahan tawanya karena melihat dirinya (lebih tepatnya Sungjoon) dan Seungyoun (atau waktu itu mengaku sebagai Luizy) yang masih berumur 5 tahun.
Jinhyuk merangkul Seungyoun yang wajahnya sembab karena menangisi ibunya yang meninggal, sementara dirinya malah makan coki-coki. Foto yang diambil oleh personal asistant ibunya dan dia kirim ke lelaki itu beserta surat. Sebuah surat dengan foto kontradiksi itu yang membuat mereka menjadi teman pena selama 3 tahun, lalu terhenti karena Jinhyuk (atau Sungjoon yang Luizy kenal) tidak membalasnya.
Karena hari itu, Sungjoon mati.
"Ah, iya harus kembali ke lab," Jinhyuk mengembalikan surat yang ada di tangannya, tetapi tidak dengan fotonya. Jinhyuk membawanya ke lantai 2, tepatnya ke kamarnya, menaruhnya di laci dekat ranjangnya dan turun kembali menuju basement di mana Seungyoun sudah menunggunya dengan wajah bete, "sorry lama, kedistrak."
Seungyoun mendengarnya hanya melengos, "sudah gue duga lo pasti lama karena salah fokus sama sesuatu di ruang kerja."
Mereka kembali melanjutkan merekam video ke empat dan setelah selesai, Jinhyuk memilih duduk di samping Seungyoun. Padahal tidak ada gunanya juga dia berada di sana, karena Jinhyuk itu termasuk dalam golongan gaptek dan Seungyoun sepertinya masuk golongan tech savvy. Seungyoun kalau sedang fokus, tidak sadar dengan sekitarnya.
Termasuk tidak sadar kalau Jinhyuk berusaha tertawa tanpa suara karena keluhan secemen gaya rambutnya di video yang pasti akan memanen banyak pengikut di Twitter utamanya.
Padahal salah siapa kemarin bilang kalau Jinhyuk kurang shinny, shimmering and splendid di video?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment