Sunday, March 8, 2020

Pagi yang Tidak Menyenangkan


Pagi ini, Seungyoun dan Jinhyuk sudah di meja makan untuk sarapan. Jinhyuk sendiri makan nasi goreng yang terlihat menggunung di piringnya dan piring lainnya memperlihatkan 4 telur mata sapi. Sementara Seungyoun sendiri masih makan bubur yang dimasak Jinhyuk karena lidahnya masih tidak terasa enak untuk makan selain bubur.

Itu juga harus yang dimasak Jinhyuk karena tadi malam Seungyoun bersikeras meminta pengurus dapur untuk memasak untuknya dan berakhir hanya makan sedikit. Membuat Jinhyuk harus turun tangan untuk masuk ke dapur dan memasak ulang bubur untuk Seungyoun. Padahal dikiranya akan dimarahi, tapi Jinhyuk hanya melengos dan bilang, "kalau udah habis, kasih tahu via chat. Ntar saya datang buat gerusin obat."

Masalahnya, sampai detik ini Seungyoun masih belum mendapatkan jawaban soal kenapa panggilan untuknya jadi saya lagi?

Setelah selesai sarapan dan Jinhyuk menggerus obatnya lagi, lelaki itu naik ke lantai 2. Sepertinya sih untuk sikat gigi, karena orangnya memang tipikal setelah makan akan sikat gigi lagi. Lalu, mengkernyit saat salah seorang pengurus rumah datang ke ruang makan dan dengan lelaki yang dilihatnya waktu itu di bandara.

"Kayaknya kita gak saling kenal," Seungyoun mengkernyit bingung, "jadi kenapa lo di sini?"

"Bukan urusan lo sih sebenernya."

Belum juga Seungyoun mengatakan sesuatu, Jinhyuk sudah terlihat di belakang lelaki itu. Setelahnya, segalanya terjadi begitu cepat dan pisang yang tengah dimakan Seungyoun mendadak rasanya hambar.

Harusnya dia santai saja melihat Jinhyuk ditarik lelaki asing berciuman di depannya.

Harusnya dia tidak bersikap langsung berdiri dari kursinya, mendekati keduanya dan menarik Jinhyuk untuk berada di sebelahnya, sembari bilang, "tahu adab gak? Kenalin diri enggak, langsung nyium tunangan orang."

"Pertama, gue gak merasa perlu mengenalkan diri," sumpah, Seungyoun detik itu juga radanya ingin meninju wajah lelaki di depannya ini karena tersenyum miring, "kedua, yakin kalian tunangan?"

"Lo...."

Lelaki itu menarik tangan Jinhyuk dan memperlihatkan jarinya yang tidak ada apa pun. "Gue gak lihat ada cincin, berarti lo gak punya hak buat marah dong?"

Baru kali ini Seungyoun rasanya kalah telak melawan seseorang.

Setelah drama yang terjadi barusan dan Seungyoun langsung pergi ke kantor tanpa pamit, Jinhyuk memasang wajah datar melihat Wooseok tertawa. Apalagi lelaki itu sampai memukul-mukul meja makan dan menitikkan air mata.

"Asli, kocak banget mukanya pas gue skak soal status kalian."

"Ke sini cuma itu doang tujuannya?" Tanya Jinhyuk yang tidak melihat lucunya di mana, tapi juga tidak kesal. Wooseok dan tingkah ajaibnya sudah biasa dilihatnya sejak SMA. "Gak mungkin jam segini datang cuma mau nyium gue?"

"Ya kagaklah," Wooseok akhirnya mendorong tas kertas berwarna putih dan berlogo D&G, "kan gue minta cium kalo ngasih parfum yang lo minta."

"Oh iya, lupa gue."

"Sama sekalian manasin anak orang, hahaha." Wooseok kembali tertawa. "Lo kalah taruhan tuh sama gue. Dia cemburu sama gue."

"Hah?"

"Enaknya gue minta apa ya?"

"Bentar ... cemburu apaan?" Jinhyuk gagal mengerti. "Perasaan gue, kerjaanya kalo abis sarapan ya emang langsung ke kantor."

"Aduh sheyenk aku emang lemot yah," Wooseok menghela napas panjang, "yaudah sih gapapa, biar dramanya makin seru. Cemburunya ke gue, tahunya lawannya Seungwoo kan seru."

Jinhyuk agak kesal karena pembicaraan mereka membawa nama orang yang tidak seharusnya ada. "Gue udah gak ada apa-apa sama dia."

"Ada apa-apa pun gue gak masalah sih. Kan gue adalah orang yang selalu membela lo meski di jalan kesesatan."

"Dia udah punya pasangan," Jinhyuk getir mengatakan itu, "lagian dia kan kerjanya di Kalimantan sana. Buat apa dia selingkuh tapi LDR?"

"FYI, dia pindah ke kantor pusat."

Jinhyuk terdiam.

"Sekantor sama gue." Wooseok tahu reaksi ini yang akan didapatkannya kalau memberitahu Jinhyuk. "Tiap hari gue lihat komuknya sampe bosan. Mana muak banget gue juga kena teror sama pasangannya gara-gara ketemu di bandara doang."

Wooseok lanjut berkeluh kesah tentang pekerjaan kantornya, Jinhyuk tidak mendengarkan karena pikirannya sekarang mulai kalut. Karena dia tahu, kalau mereka semakin dekat maka kemungkinan untuk mengulang hal yang telah lalu akan semakin tinggi.

No comments

Post a Comment